kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Mata Uang Asia Tertekan Penguatan Dolar AS


Jumat, 01 Agustus 2025 / 18:34 WIB
Mata Uang Asia Tertekan Penguatan Dolar AS
ILUSTRASI. Indeks dolar AS (DXY) bertahan di kisaran 100 pada Jumat (1/8/2025), mencerminkan posisi kuat dolar terhadap mata uang lainnya, termasuk di kawasan Asia.


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang dolar AS menguat ke level tertinggi dalam dua bulan. Indeks dolar AS (DXY) bertahan di kisaran 100 pada Jumat (1/8/2025), mencerminkan posisi kuat dolar terhadap mata uang lainnya, termasuk di kawasan Asia.

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mencermati, tak hanya terhadap mata uang Aia, dolar AS juga menguat terhadap mata uang dunia.

Lukman melihat, tekanan terhadap mata uang Asia masih akan berlanjut dalam jangka pendek. “Ini mengingat kesepakatan perdagangan AS dengan India, Korea, Jepang masih berat sebelah,” imbuh Lukman, Jumat (1/8/2025).

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo pun memandang, penguatan dolar AS memiliki implikasi signifikan terhadap mata uang negara-negara Asia, khususnya emerging market

Ketika dolar menguat, mata uang lokal di kawasan Asia cenderung melemah, membuat impor menjadi lebih mahal dan berpotensi meningkatkan tekanan inflasi. 

Baca Juga: Indeks Dolar AS Lanjut Menguat, Bagaimana Prospek Mata Uang Asia?

Tak hanya itu, negara-negara dengan utang luar negeri dalam mata uang dolar AS akan menghadapi beban pembayaran yang lebih besar. 

“Fenomena ini telah terlihat dengan jelas di mana dolar AS mencapai level tertinggi empat bulan terhadap yen Jepang,” ujar Sutopo kepada Kontan, Jumat (1/8/2025).

Menurutnya, ini sebuah indikasi kuat tekanan bukan hanya dirasakan oleh emerging market, melainkan juga oleh mata uang utama di Asia. “Sehingga dalam jangka pendek, volatilitas tetap tinggi,” imbuh Sutopo.

Kendati begitu, dalam jangka panjang, Lukman melihat sentimen di pasar ekuitas masih positif terhadap mata uang Asia.

Ia melihat pelemahan mata uang Asia berkaitan erat dengan prospek suku bunga The Fed.

“Sehingga walau masih berpotensi melemah, sudah priced-in, jadi perlemahan ke depan tidak akan besar,” imbuhnya.

Belum lagi, Lukman mencermati, dampak dari tarif akan tercermin pada data ekonomi AS dalam beberapa bulan ke depan. “Ini dapat berbalik menekan dolar AS dan menguatkan mata uang Asia,” lanjutnya.

Sutopo pun menilai prospek mata uang Asia ke depan tidak sepenuhnya suram.  Ia memandang, negara-negara dengan fundamental ekonomi yang kuat, cadangan devisa yang memadai, serta kebijakan fiskal dan moneter yang prudent akan lebih tahan menghadapi tekanan global.

Baca Juga: Indeks Dolar Kembali ke 100, Rupiah Ambruk 1,18% Sepekan, Yen Paling Tertekan

Namun, kata Lukman, nasib mata uang Asia juga tergantung pada kesepakatan yang paling penting, yaitu antara AS dengan Tiongkok. “Bila mereka gagal bertemu sepakat, ini berpotensi menekan mata uang Asia,” kata dia. 

Sutopo juga melihat, bagaimanapun, stabilitas nilai tukar di Asia akan sangat bergantung pada seberapa cepat ketegangan perdagangan global mereda. “Juga tergantung bagaimana The Fed mengelola ekspektasi pasar,” imbuhnya

Secara teknikal, Lukman melihat,  indeks dolar atau DXY tengah berada di kisaran level resistan 100, dengan target resistance selanjutnya di level 102.

Selanjutnya: Sektor Farmasi dan Semikonduktor Malaysia Dibebaskan dari Tarif AS

Menarik Dibaca: Pentingnya Memeriksa Laporan Kredit Setiap Triwulan untuk Keamanan Keuangan Anda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×