Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham bertema hijau (green index) cenderung menurun sejak awal tahun. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX ESG Leaders melorot 1,53% year to date (ytd).
Sebaliknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada dalam tren bullish dengan kenaikan 9,58% ytd. Padahal konstituen Indeks ESG berisikan perusahaan berkapitalisasi pasar jumbo dan memiliki penilaian Environmental, Social & Governance yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan.
Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana, mencermati indeks ESG tertinggal lantaran di dalamnya tidak terdapat saham teknologi dan digital yang menjadi pendorong IHSG. "Karena fokus pada saham big caps yang belum bergerak yang mengakibatkan indeks tertinggal.
Melihat lebih jauh, dari 30 emiten di dalam indeks itu sebanyak 15 emiten mencatatkan kenaikan harga saham dan 15 emiten mencatatkan penurunan harga saham sejak awal tahun.
Baca Juga: IHSG menguat, asing mencatat net sell terbesar pada saham-saham ini
Hanya saja, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat penurunan cenderung pada saham yang memiliki bobot besar sehingga memberatkan indeks ESG.
"Seperti UNVR dan HMSP yang menjadi pemberat indeks," tambahnya.
Wawan melanjutkan, secara prospek indeks ESG masih berpotensi mengalami kenaikan. Sebabnya, pemerintah telah melonggarkan PPKM secara bertahap dan juga pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Selain itu, dalam pertemuan G20 juga memiliki komitmen untuk memperhatikan green energy. Menurut Wawan, sentimen itu akan inline dengan indeks ESG.
"Walaupun Jokowi mendorong aturan emiten untuk lebih fokus pada green energy, setidaknya emiten di dalam indeks ESG sudah lebih siap dibandingkan emiten lainnya," sebutnya.
Baca Juga: IHSG ditutup menguat, asing borong saham-saham ini pada Rabu (3/11)