kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.577.000   13.000   0,83%
  • USD/IDR 16.375   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.108   27,96   0,39%
  • KOMPAS100 1.052   -1,07   -0,10%
  • LQ45 828   0,75   0,09%
  • ISSI 212   -0,75   -0,35%
  • IDX30 426   0,83   0,19%
  • IDXHIDIV20 509   1,31   0,26%
  • IDX80 120   -0,25   -0,21%
  • IDXV30 124   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   0,01   0,01%

Masih Tertekan Pemangkasan BI Rate, Rupiah Diproyeksi Melemah Jumat (17/1)


Kamis, 16 Januari 2025 / 18:16 WIB
Masih Tertekan Pemangkasan BI Rate, Rupiah Diproyeksi Melemah Jumat (17/1)
ILUSTRASI. Pada perdagangan Kamis (16/1), rupiah spot ditutup melemah 0,31% secara harian ke level Rp 16.376 per dolar AS. Sedangkan, Rupiah Jisdor BI ditutup melemah 0,41% secara harian ke level Rp 16.378 per dolar AS.. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah melemah saat indeks dolar tertekan data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan, Kamis (16/1). Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) masih melatarbelakangi depresiasi mata uang garuda.

Mengutip Bloomberg, Kamis (16/1), Rupiah spot ditutup melemah 0,31% secara harian ke level Rp 16.376 per dolar AS. Sedangkan, Rupiah Jisdor BI ditutup melemah 0,41% secara harian ke level Rp 16.378 per dolar AS.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mencermati bahwa pelemahan rupiah berlanjut cukup tajam disebabkan oleh langkah mengejutkan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75% di pertemuan Rabu (15/1).

‘’Indeks dolar sendiri sebenarnya masih tertekan, setelah laporan dua data inflasi yakni produsen dan konsumen AS lebih rendah dari perkiraan,’’ ujar Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/1).

Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,41% ke Rp 16.378 Per Dolar AS Pada Kamis (16/1)

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan, indeks harga produsen (PPI) hanya naik 0,2% pada Desember di bawah kenaikan 0,4% pada November dan di bawah perkiraan ekonom sebesar 0,3%. Dalam periode 12 bulan, inflasi inti produsen AS Desember berada di angka 3,5%, tidak berubah dari nilai yang direvisi bulan sebelumnya 3,5%, dan berada di bawah ekspektasi pasar di 3,8%.

Sementara itu, laporan indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) Desember 2024 menunjukkan pertumbuhan inflasi umum sesuai ekspektasi, tetapi inflasi inti secara tak terduga melambat dari 0.3% menjadi 0.2% secara bulanan. Laju inflasi tahunan juga terkoreksi dari 3.3% menjadi 3.2%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, data CPI AS lebih rendah dari perkiraan memicu peningkatan taruhan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini. Bank sentral AS diperkirakan memangkas suku bunga dua kali di tahun 2025, setengah dari total penurunan pada 2024.

‘’Pelonggaran inflasi AS akan memberi Fed lebih banyak keyakinan untuk memangkas suku bunga tahun ini,’’ kata Ibrahim dalam riset, Kamis (16/1).

Baca Juga: Masih Dibayangi Tekanan Perang Dagang, Begini Proyeksi Posisi Rupiah Akhir Kuartal I

Hanya saja, Ibrahim berujar, dolar AS bersiap naik menjelang Presiden Donald Trump akan kembali ke Gedung Putih di pekan depan, (20/1). Kebijakan Trump kemungkinan akan mendorong indeks dolar, Fed juga akan berhati-hati untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga hingga ada kepastian mutlak bahwa inflasi bergerak turun.

Di kawasan Asia, fokus minggu ini akan tertuju pada beberapa indikator ekonomi utama Tiongkok. Angka Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok untuk tahun 2024 akan dirilis pada hari Jumat. Selain itu, data produksi industri Desember, dan angka penjualan ritel juga akan dirilis pada hari Jumat.

Tekanan internal pun masih menyelimuti seiring Bank Indonesia (BI) memprediksi  pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 bergerak di angka 4,7-5,5%. Proyeksi tersebut lebih rendah daripada ekspektasi sebelumnya di 4,8%-5,6% karena mencermati kondisi dinamika ekonomi yang bergejolak.

Lukman menyebutkan, Rupiah masih sulit untuk berbalik menguat (rebound) kecuali dibantu oleh intervensi BI. Sementara itu, dolar AS masih berpotensi menguat oleh kekhawatiran seputar kebijakan proteksionisme tarif Trump jelang pelantikannya sebagai presiden AS.

Dari data ekonomi, investor menantikan data penjualan ritel AS dan klaim pengangguran Kamis (16/1) malam ini. Kedua data tersebut diperkirakan akan memperlihatkan angka yang kuat. Sedangkan, tidak ada rilis data ekonomi dari domestik.

Menurut Lukman, Rupiah diperkirakan lanjut melemah di perdagangan akhir pekan, Jumat (17/1) dalam rentang Rp 16.300 – Rp 16.450 per dolar AS. Sedangkan, Ibrahim memproyeksi mata uang rupiah akan fluktuatif dan ditutup melemah di rentang  Rp 16.360 – Rp 16.430 per dolar AS.

Selanjutnya: Wadirut Bank Mega, Lay Diza Larentie Mengundurkan Diri dari Jabatannya

Menarik Dibaca: Susu dan 4 Minuman Penyebab Jerawat yang Tidak Boleh Dikonsumsi Berlebihan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×