Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memiliki potensi bisnis yang berkelanjutan, PT Indofoof CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mencatatkan pertumbuhan kinerja positif hingga kuartal III 2018. Perusahaan konsumer ini meraup pertumbuhan pendapatan 7% secara tahunan menjadi Rp 29,47 triliun. Sementara, laba bersih mencapai Rp 3,67 triliun atau naik 14% secara tahunan.
Natalia Susanto Analis Danareksa Sekuritas menilai, kinerja ICBP tumbuh solid di tengah tekanan depresiasi rupiah. Natalia memproyeksikan secara setahun penuh ICBP bisa menumbuhkan perolehan pendapatan sebesar 8,3%. Tentunya, pertumbuhan tersebut mayoritas didukung oleh segmen mi instan yang diproyeksikan tumbuh 9,6% dalam setahun penuh dan segmen produk susu diproyeksikan tumbuh 9,4% di periode yang sama.
"Usaha ICBP melakukan penetrasi lebih dalam di area distribusi telah berhasil positif, dikombinasikan dengan pemulihan daya beli, penjualan triwulan III sudah menunjukkan perbaikan tahun ini," ungkap Natalia, dalam riset 7 November 2018.
Namun, Natalia masih mencatat ICBP masih catatkan margin laba masih tertekan pelemahan mata uang dan biaya pengemasan yang lebih tinggi karena kenaikan harga minyak. Natalia memroyeksikan di tahun ini margin laba kotor bisa lebih rendah menjadi 31,9%. Dia memperkirakan, laba ICBP hingga akhir tahun bisa tumbuh 10% dengan margin laba bersih meningkat tipis sebesar 10,8% di sepanjang tahun ini.
William Siregar Analis BNI Sekuritas mengatakan, sebagai pemimpin pasar industri makanan dan minuman, khususnya pada produk mi instan dan susu, potensi bisnis ICBP masih akan atraktif. Namun, William menilai saat ini ICBP sudah overvalue. Pertumbuhan kinerja yang moderat dan ketatnya kompetisi menjadi kekhawatiran William untuk jangka panjang.
"Kami percaya ICBP memiliki potensi untuk melanjutkan pertumbuhan kinerjanya di industri konsumer dengan compound annual growth rate (CAGR) dalam lima tahun yang sebesar 5,85% dan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi valuasi saat ini overvalue, sehingga lebih baik wait and see hingga kinerja kuartal IV keluar," kata William, Kamis (8/11).
Salah satu kekhawatiran William lainnya tertuju pada harga bahan mentah yang berpotensi naik. Hal ini bisa berdampak pada turunnya margin ICBP dan mengancam ketipisan pasokan. Apalagi, tantangan tersebut terjadi seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah.
Di sisi lain persaingan ketat dalam industri makanan dan minuman, dalam hal ini berarti produk mi instan masih terjadi. ICBP pun harus berusaha keras mempertahankan diri sebagai pemimpin pangsa pasar mi instan. Apalagi, produk luar negeri yang menawarkan berbagai varian rasa baru membanjir dan mengalihkan konsumen ICBP.
"Perlu dicatat bahwa dengan total penduduk Indonesia 268 juta orang, Indonesia masih menjadi target mudah untuk industri fast moving consumer goods (FMCG) global memperluas penjualan mereka di pasar ini," kata William.
Selain itu, William mencatat bahwa ICBP mengurangi biaya promosi di tahun lalu sebesar 11% dibanding tahun 2016 sebesar 16%. Akibatnya, penetrasi penjualan menjadi stagnan. Jika biaya promosi dikurangi, William khawatir bisa mengubah tren konsumen Indonesia untuk produk Indofood.
Namun, berdasarkan tinjauan William, semakin populernya YouTube bisa memberi berkah pada ICBP. Emiten ini bisa berpromosi gratis melalui berbagai jenis konten menarik seperti tantangan, tes selera, dokumentasi dan lainnya di YouTube yang terbukti sangat menguntungkan produk Indomie. Meski begitu, William berharap ICBP akan terus meningkatkan anggaran iklannya untuk memenangi peningkatan jumlah konsumen baru dan mempertahankan pangsa pasarnya.
Natalia memproyeksikan, memasuki awal tahun 2019, segmen mi instan dan produk susu bisa berkinerja lebih baik dari rata-rata harga jual dan volume penjualan yang meningkat. Namun, dengan dampak pelemahan mata uang dan volatilitas bahan baku, Natalia memperkirakan margin kotor di sepanjang tahun depan akan menurun menjadi 31,5%.
"Kami menggulirkan valuasi kami ke 2019 dan mempertahankan rekomendasi beli kami dengan target harga lebih tinggi menjadi Rp 10.100 per saham, seiring dengan kinerja ICBP yang masih stabil karena daya beli akan meningkat," kata Natalia.
William memproyeksikan pendapatan ICBP di akhir tahun bisa tumbuh 7,67% mencapai Rp 38 triliun dengan laba bersih juga bisa tumbuh mencapai Rp 4 triliun. William merekomendasikan hold di target harga Rp 9.500 per saham.
Sedangkan Adrian Joezer Analis Mandiri Sekuritas merekomendasikan beli di target harga Rp 10.550 per saham. Kemarin, harga saham ICBP naik 0,29% ke level Rp 8.750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News