kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih pandemi, Supreme Cable (SCCO) yakin kinerja bakal tumbuh tahun ini


Rabu, 09 Juni 2021 / 07:30 WIB
Masih pandemi, Supreme Cable (SCCO) yakin kinerja bakal tumbuh tahun ini
ILUSTRASI.


Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (SCCO) yakin kinerja akan lebih baik di tahun ini. Meskipun kegiatan bisnisnya masih terdampak pandemi, SCCO menargetkan pendapatan dan laba sebesar Rp 4,7 triliun dan Rp 349,8 miliar atau meningkat 1,73% yoy dan 47,04% yoy dari realisasi kinerja di tahun 2020.

Direktur SCCO, Sani Iskandar Darmawan mengatakan, SCCO tidak mencanangkan strategi khusus untuk menggenjot pendapatan di tahun ini. Namun, SCCO akan tetap memanfaatkan setiap peluang yang ada, utamanya berkenaan dengan proyek-proyek ketenagalistrikan yang bisa diraih di sepanjang tahun 2021.

"Tahun ini kan masih pandemi. Jadi kalau ditanya bagaimana strateginya? Ya kami belum bisa bilang punya langkah apa. Jalan satu-satunya kita tetap memantau, setiap ada kesempatan proyek-proyek yang ada ya kita akan berusaha untuk rebut. Jadi strategi khusus ya tidak ada," kata Sani dalam paparan publik virtual, Selasa (8/6).

Sani berujar, bisnis SCCO masih akan terhambat gempuran dampak pandemi yang berkepanjangan. Bahkan diakui Sani, sudah ada beberapa proyek yang pengerjaannya tertunda akibat kondisi pandemi yang belum juga pulih hingga pertengahan tahun ini. Maka itu, bukan perkara mudah bagi SCCO untuk menggapai target bisnis yang telah dicanangkan di tahun ini.

Baca Juga: Kinerja Supreme Cable Manufacturing & Commerce (SCCO) di kuartal I-2020 mengesankan

"Karena tahun 2021 ini masih pandemi yang berkepanjangan jadi kami sulit untuk memprediksi apakah target yang kami sudah rencankan itu bisa tercapai atau tidak. Tapi harapan kami tentu berharap membaik, khususnya untuk proyek-proyek di luar PT PLN (persero)," ujarnya.

Meskipun begitu, SCCO tidak patah harapan. Menurut Sani, masih ada peluang bagi perseroan untuk meraih kinerja bisnis yang positif di sektor swasta atau non PLN. Seperti diketahui, penjualan SCCO kepada PT PLN (Persero) tercatat mengalami penurunan sejak tahun lalu dan kondisi tersebut disebut masih berlangsung hingga saat ini.

Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan SCCO dari PLN di tahun 2020 tercatat sebesar Rp 1,16 triliun atau menurun 0,94% yoy dari torehan di tahun 2019 senilai Rp 1,17 triliun. Sedangkan di tiga bulan pertama tahun ini, terjadi penurunan hingga 56,01% yoy dari semula Rp 365,99 miliar di kuartal I-2020, menjadi Rp 160,98 miliar.

"Secara prospek sih masih baik ya, khsusunya yang non PLN seperti proyek-proyek swasta oil and gas, itu masih ada harapan," terangnya.

Adapun, pendapatan SCCO di sepanjang tahun 2020 masih ditopang penjualan kepada swasta sebesar 59,77% dari total pendapatan. Sedangkan penjualan kepada PLN sebanyak 24,39%, yang disusul oleh penjualan kepada proyek dan ekspor dengan sebesar 15,82% dan 0,02%.

"Untuk tahun 2020, porsi pendaptan terbesar itu tetap di sektor swasta. Kabelnya ke kabel-kabel biasa yg lebih besar porsinya," tambahnya.

Di tahun ini, SCCO menganggarkan alokasi belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 30 miliar. Dana yang bersumber dar kas internal perusahaan tersebut, rencananya akan digunakan untuk memenuhi spesifikasi kabel high voltage atau kabel tegangan tinggi.

"Capex yang akan kita keluarkan atau investasikan itu untuk ekspansi kapasitas produksi, khususnya untuk kabel tegangan tinggi. Jadi langsung memang untuk insvetasi peralatan produksi permesinan," imbuh Direktur SCCO Teddy Rustiadi dalam kesempatan yang sama.

Hingga akhir Maret 2021 lalu, kinerja SCCO belum menunjukkan adanya peningkatan yang berarti. Dikutip dari laporan keuangan perusahaan, SCCO membukukan penjualan sebesar Rp 1,30 triliun di kuartal I-2021. Angka tersebut menyusut 6,37% yoy dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 1,39 triliun.

Penurunan juga dijumpai pada torehan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang tercatat menurun 46,46% yoy menjadi Rp 59,18 miliar.

"Terus terang dengan suasana pandemi yang masih berkelanjutan, kami sih berharap bisa mencapai target tersebut. Tapi kalau kita bciara fakta, pada kenyataannya dari kuartal pertama tahun ini saja terhadap tahun lalu kita sudah menurun sedikit. Jadi ke depan ya kita berharap tetap sesuai dengan target saja," imbuh Sani.

 

Selanjutnya: Pendapatan dan laba bersih Supreme Cable (SCCO) turun di tahun 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×