Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten operator telekomunikasi masih akan menjalankan ekspansi bisnis pada tahun ini. Pengembangan tersebut mulai dari penambahan base transceiver station (BTS) terutama yang berbasis teknologi 4G, penguatan infrastruktur jaringan tulang punggung (backbone), hingga fiberisasi jaringan.
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) misalnya, masih akan mengembangkan jaringan berbasis 4G dengan membangun sekitar 10.000 BTS 4G. Direktur FREN Djoko Tata Ibrahim menyampaikan, perusahaannya pada tahun ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 300 juta, bertambah dari alokasi capex 2019 yang sebesar US$ 200 juta.
Baca Juga: Kapitalisasi pasar CPIN dan BRPT tidak lagi jumbo, simak rekomendasi analis berikut
"Sementara kami baru confirm 6.000 BTS selesai Juli 2020. Sisanya yang 4.000 baru bisa dipastikan setelah 6.000 BTS terpasang," kata Djoko saat dihubungi Kontan.co.id pekan lalu.
Menurut dia, sumber dana capex tersebut berasal dari vendor yang mendapat pinjaman dari bank China. Memang, berdasarkan catatan Kontan.co.id, anak usaha yang 99% sahamnya dimiliki oleh FREN, PT Smart Telecom (Smartel), memperoleh kredit dari China Development Bank Shenzhen Branch sebesar RMB 1,58 miliar atau sekitar Rp 3,12 triliun. Penandatanganan perjanjian tersebut berlangsung pada Selasa, 21 Januari 2020.
Kemudian, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada tahun ini menganggarkan capex sebesar 26% dari pendapatan yang ditargetkan tumbuh 5%-6%. Sebagai gambaran, pada tahun 2019, TLKM memproyeksi pendapatannya bisa tumbuh mid single digit. Dengan asumsi pertumbuhan 5%, maka pendapatan TLKM hingga akhir tahun 2019 bisa mencapai Rp 137,32 triliun dari 2018 yang sebesar Rp 130,78 triliun.
Dengan target pertumbuhan 5%-6%, maka pendapatan TLKM 2020 bisa mencapai Rp 144,19 triliun-Rp 145,56 triliun. Dengan begitu, capex tahun 2020 berkisar antara Rp 37,49 triliun-37,85 triliun, meningkat dari proyeksi tahun 2019 yang sebesar Rp 37,07 triliun.
Baca Juga: Tekanan pasar dan nilai emisi kecil bikin puluhan saham jadi gocap
Berdasarkan pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Direktur Keuangan TLKM Harry M. Zen Harry mengatakan, capex 2020 akan masih akan digunakan untuk pengembangan bisnis mobile dan non-mobile. Sebanyak 40% capex akan digunakan untuk bisnis mobile. "Salah satunya adalah dengan membangun BTS baru sebanyak 22.000 BTS 4G," kata dia, Sabtu (23/11).
Di sisi lain, sebesar 60% capex 2020 akan diperuntukkan untuk ekspansi bisnis non-mobile TLKM. Salah satunya adalah untuk meningkatkan infrastruktur tulang punggung jaringan ke rumah pelanggan berupa kabel serat optik. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan bisnis fiber to the home (FTTH) TLKM, yakni IndiHome. Capex tahun 2020 juga akan digunakan untuk menyelesaikan pembangunan data center TLKM yang diperkirakan bisa rampung pada akhir 2020 atau awal 2021.
Tak mau ketinggalan, PT XL Axiata Tbk (EXCL) menganggarkan capex sebesar Rp 7,5 triliun pada 2020. Group Head Technology Strategy and Architecture EXCL I Gede Darmayusa mengatakan, capex tersebut masih akan digunakan untuk memperkuat jaringan 4G XL Axiata.
Sebesar 80% capex ini akan digunakan untuk pengembangan telekomunikasi beserta infrastruktur dan transportasi jaringannya. Menurut dia, per akhir 2019, masih ada sekitar 2.000 sites atau menara XL Axiata yang belum didukung oleh jaringan 4G.
Baca Juga: PGN (PGAS) siap gasifikasi 52 pembangkit listrik milik PLN
Ia memperkirakan, penambahan jaringan 4G pada 2.000 sites tersebut akan selesai sebelum Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Dengan begitu, seluruh sites XL Axiata pada 2020 akan didukung oleh jaringan 4G. "Saat ini, sudah setengah dari 2.000 sites ini yang telah berhasil kami kerjakan," kata dia di Jakarta, Rabu (12/2).
Selain itu, capex tersebut juga akan digunakan EXCL untuk meneruskan fiberisasi jaringan demi meningkatkan kapasitas data XL Axiata. I Gede menargetkan, pada akhir 2020, fiberisasi jaringan EXCL bisa menjangkau sekitar 300 kota atau setara dengan 70% end sites XL Axiata.
Sementara itu, sisa 20% capex akan digunakan untuk pengembangan sistem informasi teknologi (IT) demi meningkatkan digitalisasi, baik di sisi pelanggan ataupun internet XL Axiata.
PT Indosat Tbk (ISAT) juga menganggarkan capex Rp 8,5 triliun-Rp 9,5 trilliun pada 2020. Sayangnya, ISAT belum mau merinci tujuan penggunaan capex tersebut.
Baca Juga: Penjualan Semen Indonesia Group (SMGR) mencapai 42,61 juta ton tahun lalu
Sebagai informasi, pengeluaran belanja modal ISAT pada 2019 mencapai Rp 13,74 triliun, termasuk Rp 3,59 triliun aset hak guna akibat penerapan dini PSAK 73. Sekitar 86,7% dari capex ini dialokasikan untuk bisnis selular demi mendukung permintaan layanan data dan sisanya dialokasikan pada pengadaan barang modal untuk MIDI, infrastruktur, dan IT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News