kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih banyak sentimen negatif, pelemahan rupiah diprediksi berlanjut besok


Rabu, 27 Februari 2019 / 16:43 WIB
Masih banyak sentimen negatif, pelemahan rupiah diprediksi berlanjut besok


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang garuda kembali loyo di perdagangan Rabu (27/2). Mulai dari pernyataan The Fed hingga sentimen perang dagang Amerika Serikat dan China jadi katalis pergerakan rupiah.

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.030 per dollar AS, melemah 0,27% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 13.992 per dollar AS. Sementara dari data Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 0,10% ke level Rp 14.004 per dollar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah masih akan berlanjut. Dia bilang ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelemahan rupiah. Pertama, pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Jerome Powell mengenai kemungkinan pemerintah yang gagal membayar utangnya.

"Pernyataan ini diungkapkan saat Kongres tengah bergulat membahas kemungkinan menaikkan jumlah utang yang dapat dipikul pemerintah AS. Kalau dilihat tanggal 12 Februari, utang sudah mencapai US$ 22,15 triliun, dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 21,90 triliun," ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Rabu (27/2).

Faktor kedua, adanya risiko di perekonomian global, seperti pelambatan ekonomi di Eropa dan China yang mendorong pelaku pasar untuk menjadikan dollar AS sebagai 'bunker' perlindungan. "Dolar AS ternyata masih menjadi pilihan pelaku pasar, meski tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan seperti tahun lalu," tandasnya.

Selanjutnya, dia menuturkan kenaikan harga minyak mentah dunia turut melemahkan rupiah. Ibrahim menilai bagi Indonesia, kenaikan harga minyak bukan sebuah kabar gembira. Sebab biaya impor minyak akan membengkak seiring naiknya harga minyak.

"Padahal Indonesia adalah negara net importir minyak, mau tidak mau harus ada impor untuk memenuhi kebutuhan karena produksi dalam negeri yang tidak memadai. Ini akan membuat pasokan devisa terkuras dan rupiah tidak punya modal untuk menguat. Fondasi rupiah menjadi rapuh sehingga rentan terdepresiasi," jelas Ibrahim.

Selain itu, sentimen negosiasi perang dagang antara AS dan China yang sudah memudar. Menurut Ibrahim, hingga kini belum adan kabar terbaru dari hubungan AS-China.

"Kecuali rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Florida bulan depan. Ini membuat investor kurang beringas dan memilih mengambil nafas," imbuh Ibrahim lagi.

Dengan berbagai sentimen tersebut, Ibrahim memproyeksi rupiah besok masih akan melemah ke level Rp 14.060-Rp 14.066 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×