kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.753   42,00   0,27%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Analis Garuda Berjangka: Dua faktor yang membuat rupiah kembali ke titik Rp 14.000


Rabu, 27 Februari 2019 / 10:36 WIB
Analis Garuda Berjangka: Dua faktor yang membuat rupiah kembali ke titik Rp 14.000


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Euforia perang dagang yang menyokong penguatan rupiah kemarin, perlahan pudar dan membawa mata uang Garuda melemah di posisi Rp 14.013 per dollar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan pasar perdagangan Rabu (27/2).

Menilik data dari Bloomberg pukul 09:40 WIB, rupiah pasar spot melemah sebesar 0,81% di posisi Rp 14.013 per dollar AS dari posisi sebelumnya Rp 13.900 per dollar AS.

Sementara data dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatat rupiah sempat menguat 0,12% pada perdagangan Selasa (26/2) di level Rp 13.990 per dollar AS dari posisi sebelumnya Rp 14.007 per dollar AS.

Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, ada dua faktor utama yang membuat rupiah kembali ke titik Rp. 14.000 pada pembukaan pasar hari ini. Yaitu faktor fundamental AS yang terjerat hutang dan penguatan kembali harga minyak dunia.

"Data yang akan dirilis seputar manufaktur dan PDB AS akan menunjukan pergerakan perekonomiannya. Dari sini bisa terlihat bagaimana hutang mereka tinggi dan terancam gagal bayar," jelas Ibrahim pada Rabu (27/2).

Mengutip Reuters, Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve), Jerome Powell sempat mengelak pihaknya akan gagal membayar hutang pemerintah. Hal ini berusaha diatasi Bank Sentral dengan menaikan jumlah hutang atas seizin Kongres.

Sebagai informasi, hutang pemerintah AS saat ini mencapai lebih dari US$ 22 triliun atau sekitar Rp 307.274 triliun.

"Ini yang menyebabkan banyak pelaku pasar akhirnya kembali pada dollar AS," tambah Ibrahim.

Selain itu, kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi mempengaruhi transaksi berjalan Indonesia atau Current Account Deficit.

"Setelah sempat menurun, harga minyak naik lagi ke level US$ 55,00 per barel, bahkan mencapai US$ 56,00 per barel. Ini akan menambah biaya pembelian impor makin mahal di Februari," kata Ibrahim.

Dengan demikian, dirinya memprediksi rupiah berpotensi melemah di kisaran Rp 13.995 per dollar AS - Rp 14.027 per dollar AS pada perdagangan hari ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×