kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih ada potensi credit default swap Indonesia melandai


Minggu, 01 Agustus 2021 / 14:42 WIB
Masih ada potensi credit default swap Indonesia melandai
ILUSTRASI. CDS credit default swap risiko berinvestasi di Indonesia meningkat turun


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Risiko investasi Indonesia yang tercermin dari credit default swap (CDS) saat ini berada di angka 81,39. Dalam dua bulan terakhir, angka ini bukan angka tertingginya, tetapi sempat berada di angka 72,59 di 12 Juni 2021.

Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia, Fayadri menilai bahwa angka tersebut mulai bergerak naik seiring dengan meningkatnya kembali angka Covid-19 di Indonesia dan diikuti dengan kebijakan pemberlakuan pembatasan kebijakan masyarakat (PPKM) darurat. 

“Peningkatan Covid-19 di Indonesia ini memang  sedang jadi perhatian, tidak hanya dari pihak-pihak di dalam negeri, tetapi juga jadi perhatian dari dunia Internasional,” kata Fayadri kepada Kontan, Jumat (30/7).

Akan tetapi, menurutnya dengan adanya pelonggaran PPKM yang saat ini menjadi PPKM level 4, CDS Indonesia 5 tahun dan 10 tahun sudah kembali menurun. 

Baca Juga: CDS Indonesia naik landai, dinilai karena pengaruh Covid-19

Saat ini secara porsi kepemilikan dan nominal investor asing di pasar obligasi Indonesia menurun. Pada 27 Juli 2021, kepemilikan asing di obligasi Indonesia di porsi 22,56% dengan nominal Rp 965,56 triliun, angka ini turun Rp 10,11 triliun dibandingkan dengan Juni 2021 yang berada di angka Rp 977,31 triliun dengan porsi 22,82%. 

Menurutnya secara nominal dan porsi kepemilikan memang turun, tetapi bila dilihat secara keseluruhan, pasar obligasi Indonesia tidak ada gejolak. Ia juga melihat bahwa seluruh obligasi pemerintah seri benchmark dalam sebulan terakhir kompak mengalami kenaikan. 

Ia melihat dari seri FR0087 yang merupakan seri benchmark 10 tahun dalam satu bulan terakhir yield-nya turun dari 6,57% ke angka 6,28%. “Hal ini dapat diartikan bahwa dukungan dari investor domestik terhadap pasar surat utang negara kita masih sangat kuat,” kata Fayadri. 

Ke depannya, Fayadri melihat bahwa masih ada potensi CDS untuk terus melandai kembali, terutama apabila dengan program penanganan Covid-19 oleh pemerintah Indonesia menunjukkan progres yang positif.

“Boleh dibilang gejolak CDS saat ini dipengaruhi oleh kondisi Covid-19 saja, sama seperti waktu awal penetapan Covid-19 sebagai pandemi di tahun lalu,” pungkasnya.

Selanjutnya: BI catat arus modal asing masuk Rp 2,45 triliun pada pekan keempat Juli 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×