Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun anjing tanah rupanya menjadi tahun kebangkitan saham lapis kedua alias second liner. Ini terlihat dari pergerakan indeks beranggotakan saham-saham middle cap yang melesat tajam sejak awal tahun.
Indeks Pefindo25 misalnya, mencetak kenaikan 7,28% sejak awal tahun. Indeks ini mencetak kinerja tertinggi dibanding indeks konstituen lain di Bursa Efek Indonesia. Di urutan kedua ada indeks IDX SMC Composite yang naik 6,36%. Sementara indeks IDX SMC Liquid menguat 4,51% di periode yang sama.
Bandingkan dengan pergerakan indeks LQ45. Indeks yang berisikan saham berkapitalisasi besar ini justru merosot 3,61% sejak awal tahun. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak berubah alias stagnan.
Wijen Ponthus, Analis Royal Investium Sekuritas Indonesia, menyatakan saham second liner bisa menjadi alternatif pilihan yang menarik. Meskipun saham lapis kedua terkenal memiliki volatilitas dan risiko tinggi, di sisi lain potensi imbal hasil yang diperoleh juga cukup besar. "Apalagi beta terhadap indeks juga seringkali negatif, sehingga mau tidak mau menjadi alternatif," imbuh Wijen kepada Kontan.co.id, pekan ini.
Meski harga saham middle cap sudah naik cukup tinggi, analis menilai investor masih bisa meraup untung dari saham berkapitalisasi menengah ini. Analis Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe menyebut, saham middle cap produsen crude palm oil (CPO) masih menarik. "Diprediksi dalam dua atau tiga tahun mendatang sektor CPO akan mulai bangkit," kata Kiswoyo, saat ditemui di Bursa Efek Indonesia.
Di antaranya PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan PT Gozco Plantations Tbk (GZCO). Kiswoyo menyebut, dua emiten ini unggul karena usia perkebunan sedang masuk masa emas, yakni 6-7 tahun. Ia menganalisa, dalam jangka panjang target harga BWPT mencapai Rp 1.000 per saham dan GZCO bisa mencapai Rp 200 per saham.
Pada penutupan perdagangan Kamis (19/4), harga BWPT masih sebesar Rp 298 per saham. Sedang harga GZCO masih Rp 73 per saham.
Secara sektor perkebunan, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menuturkan, saham perkapalan juga menarik. "Kami mencermati Wintermar (WINS), utilitasnya tahun ini naik 70%," kata Frederik.
Sementara Wijen merekomendasikan saham lapis dua yang menarik dicermati antara lain MAIN, SMRA, GJTL dan SSIA. Dia mematok target harga MAIN pada Rp 1.150 per saham, SMRA pada Rp 1.250 per saham, GJTL sebesar Rp 1.000 per saham dan SSIA sebesar Rp 650 per saham. "Rekomendasi buy untuk semua," tegas dia.
Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, menilai, investor bisa memanfaatkan momen pembagian dividen untuk masuk. Ia menyebut saham KRAS, LEAD, ASGR bisa dipertimbangkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News