kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih Ada Badai Winter Tech, Ini Dampak ke Kinerja Emiten Teknologi


Senin, 12 Februari 2024 / 04:40 WIB
Masih Ada Badai Winter Tech, Ini Dampak ke Kinerja Emiten Teknologi
ILUSTRASI. Kinerja emiten teknologi diperkirakan masih bisa bagus di tahun 2024.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten teknologi diperkirakan masih bisa bagus di tahun 2024 meskipun badai winter tech masih melanda.

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, winter tech yang sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan ini memberikan dampak yang semakin parah ke perusahaan teknologi di Tanah Air, baik yang sudah menjadi perusahaan terbuka maupun belum terbuka.

“Banyak perusahaan tertutup di sektor teknologi yang tidak kuat menghadapinya, salah satunya Zenius,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2).

Teguh melihat, perusahaan teknologi yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedikit mendapat keuntungan, karena masih bisa mendapatkan modal dari penjualan saham. Meskipun begitu, tidak dipungkiri seluruh emiten sektor teknologi saat ini masih menanggung biaya operasional yang sangat tinggi.

“Masih banyak yang harus ‘bakar duit’. Jadi, yang tidak kuat bisa bangkrut. Yang bertahan bisa jadi memonopoli pasar nantinya,” papar dia.

Baca Juga: Catat! Ini Rekomendasi Saham Pilihan Analis & Arah IHSG pada Pekan Pemilu & Pilpres

Menurut Teguh, masih belum pasti kapan musim semi untuk sektor teknologi akan terjadi. Namun, ada kemungkinan kondisi di tahun ini bisa lebih baik bagi sektor teknologi di Tanah Air.

“Apalagi, The Fed dan Bank Indonesia (BI) berencana untuk menahan suku bunga, meskipun masih tinggi. Nanti, jika suku bunga sudah mulai turun, kinerjanya akan semakin kencang,” ujar dia.

Selain itu, selesainya masa pemilu juga akan memberikan dampak positif bagi kinerja emiten sektor teknologi. “Sebab, belakangan ini investor masih cenderung wait and see untuk masuk berinvestasi,” ungkap Teguh.

Dari sejumlah emiten teknologi, Teguh merekomendasikan hold untuk GOTO dengan target harga Rp 100-Rp 120 per saham.

Rekomendasi ini diberikan dengan pertimbangan upaya menurunkan biaya operasional lewat kerja sama TikTok-Tokopedia dan isu merger dengan Grab.

“Ini sambil kita tunggu kinerjanya hingga akhirnya beneran laba lewat kedua upaya itu,” papar dia.

Baca Juga: Badai Winter Tech Masih Berlangsung, Ini Dampaknya ke Kinerja Emiten Teknologi

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, sektor teknologi di luar negeri sebenarnya masih bagus, meskipun ada badai winter tech ini.

”Misalnya, di Nasdaq juga para big caps masih mencatatkan laporan keuangan tahun 2023 yang masih bagus dan relatif tumbuh secara progresif,” ungkap Nafan kepada Kontan.co.id, Jumat (9/2).

Sayangnya, kinerja emiten teknologi di Tanah Air masih mencatatkan rapor merah, karena belum bisa mencetak laba. Secara teknikal, Nafan juga melihat masih ada potensi pelemahan.

Di sisi lain, investor juga masih menunggu laporan keuangan emiten-emiten teknologi di tahun 2023 sebagai acuan investasi mereka. “Proyeksinya rata-rata big cap masih belum bertumbuh dan belum profit, tetapi masih bisa dapat bertumbuh,” papar Nafan.

Kinerja emiten teknologi di tahun 2024 masih mengandalkan konsumsi domestik yang kuat, sehingga masih terus menerapkan strategi peningkatan promosi. “Ini bisa memberikan peluang dan tantangan bagi pertumbuhan net profit margin,” ungkapnya.

Nafan pun merekomendasikan hold untuk GOTO dan BUKA dengan target harga masing-masing Rp 116 per saham dan Rp 194 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×