kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Marketing sales emiten properti mulai naik, ini saran analis


Jumat, 30 Oktober 2020 / 18:12 WIB
Marketing sales emiten properti mulai naik, ini saran analis
ILUSTRASI. Proyek pembangunan properti terpadu Holland Village Jakarta berlangsung di Jalan Letjen Suprapto Kav.60 No.1. Warta Kota/Alex Suban


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Marketing sales emiten properti membaik memasuki kuartal III-2020 didukung oleh peluncuran produk perumahan menengah dengan harga di bawah Rp 2 miliar per unit. Sementara segmen high-rise mendapat katalis positif dari pengesahan UU Cipta Kerja.

Analis Samuel Sekuritas Ilham Akbar dalam risetnya menjelaskan secara agregat, emiten properti mencatatkan marketing sales senilai Rp 6,5 triliun di kuartal III-2020, turun 0,6% secara tahunan (yoy) dan naik 83,6% secara kuartalan (qoq). 

Pertumbuhan tertinggi dicatat oleh PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) didorong oleh peluncuran produk perumahan dengan harga terjangkau, pada rentang Rp 700 juta-Rp 1,5 miliar. 

Baca Juga: Di tengah penurunan IHSG, saham-saham tambang logam ini menanjak sejak awal tahun

"Menutup periode sembilan bulan sepanjang tahun ini, penjualan produk landed residential & commercial masih bertahan lebih baik dari produk high-rise, dengan penurunan yang lebih rendah, sehingga produk landed turut mendominasi porsi marketing sales saat ini," jelas Ilham, dalam risetnya pekan lalu. 

Secara agregat, marketing sales emiten properti dapat bertahan lebih baik dari ekspektasi Ilham yang sebelumnya turun 20,2% yoy pada tahun ini, dengan berfokus pada penjualan landed residential & commercial harga di bawah Rp 2 miliar per unit.

Lebih lanjut, UU Cipta Kerja memberikan perubahan atas pemberian izin Hak Milik terhadap warga negara asing (WNA) yang berkedudukan di Indonesia, dari sebelumnya pemberian Hak Pakai yang diatur di PP No. 103 tahun 2015. 

Ilham melihat perubahan aturan ini positif terhadap permintaan apartemen dalam jangka panjang, meski masih dibutuhkan kejelasan atas detail kriteria WNA yang berhak atas izin Hak Milik tersebut, untuk mengukur seberapa luas cakupan potensi permintaan baru ke depan. 

Baca Juga: Kinerja masih lesu, simak rekomendasi saham Charoen Pokphand (CPIN)

"Kami berekspektasi PWON menjadi emiten yang paling terdampak atas aturan baru ini, mempertimbangkan proporsi sebaran land bank, project, dan marketing sales emiten," jelas Ilham.

Meski dengan adanya insentif baru, Ilham memperkirakan permintaan terhadap apartemen masih lambat pulih, setidaknya hingga akhir 2021 atau memasuki 2022.

Sementara pada landed property, permintaan terhadap residensial dengan harga di bawah Rp 2 miliar masih dapat bertahan, meski dengan kondisi penyaluran kredit perbankan yang masih selektif. 

Marketing sales PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) diperkirakan masih akan outperfom ke depan.

Baca Juga: Laba Kencana Energi (KEEN) melesat 24% hingga kuartal III 2020

Sementara suksesnya peluncuran Summarecon Bogor oleh PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) baru ini memberi outlook positif akan kontribusi baru pada marketing sales, meski Ilham melihat BSDE masih akan menjadi kontributor utama.

Dus, Ilham masih merekomendasikan beli untuk saham CTRA dan BSDE dengan target harga Rp 950, SMRA Rp 800, dan PWON Rp 460.

Selain itu ia merekomendasikan hold untuk saham ASRI dengan target harga Rp 130 dan LPKR Rp 140. 

Selanjutnya: Rugi bersih membengkak 28,94%, ini kata Wintermar (WINS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×