Reporter: Wahyu Tri Rahmawati, Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan menjelang tutup tahun 2023, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat lonjakan kapitalisasi pasar atawa market capitalization (market cap). Menurut data BEI, market cap pasar saham mencapai Rp 11.646 triliun.
Nilai kapitalisasi pasar BEI bertambah Rp 2.147 triliun atau naik 22,61% jika dibandingkan dengan kapitalisasi pasar pada akhir 2022 yang masih sebesar Rp 9.499,14 triliun. Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 5,65% sejak awal tahun.
Kenaikan nilai kapitalisasi pasar disebabkan oleh dua hal. Pertama, kenaikan harga saham. Kedua, penambahan jumlah saham yang masuk dalam penghitungan, termasuk aksi korporasi initial public offering (IPO), rights issue, dan private placement.
Jika dilihat daftar penghuni 10 besar emiten dengan market cap tertinggi, kenaikan kapitalisasi pasar tidak terlalu besar. Artinya, penambahan kapitalisasi pasar banyak berasal dari penambahan saham baru.
2022 | 2023 | ||||
Emiten | M.Cap (Rp triliun) | Emiten | MCap (Rp triliun) | ||
1 | BBCA | 1.043 | 1 | BBCA | 1.138 |
2 | BBRI | 741 | 2 | BREN | 1.003 |
3 | BYAN | 700 | 3 | BBRI | 851 |
4 | BMRI | 458 | 4 | BYAN | 650 |
5 | TLKM | 371 | 5 | BMRI | 552 |
6 | ASII | 231 | 6 | TPIA | 508 |
7 | TPIA | 222 | 7 | AMMN | 480 |
8 | UNVR | 179 | 8 | TLKM | 392 |
9 | BBNI | 170 | 9 | ASII | 225 |
10 | ADRO | 123 | 10 | BBNI | 194 |
Dua emiten yang baru melantai tahun ini sudah bertengger di 10 besar emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar BEI. Kedua emiten adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang memiliki market cap Rp 1.003 triliun pada 22 Desember 2023 dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dengan kapitalisasi pasar Rp 480 triliun.
Kedua emiten memiliki total kapitalisasi pasar Rp 1.483 triliun. Angka ini setara dengan 69,07% dari total penambahan kapitalisasi pasar tahun 2023 yang mencapai Rp 2.147 triliun.
Kapitalisasi pasar BREN hanya kalah tipis dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang belum tergusur selama bertahun-tahun. Market cap BREN sempat melampaui BBCA pada Jumat (8/12). Saat itu, kapitalisasi pasar BREN mencapai Rp 1.076,97 triliun. Sementara kapitalisasi pasar BBCA berada di level Rp 1.078,65 triliun.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Top Gainer, Barito Pacific (BRPT) Justru Top Loser LQ45
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menyebut fenomena yang terjadi pada BREN memang bukan yang wajar, tetapi bukan tidak mungkin terjadi dengan syarat tertentu.
"Emiten dan pemegang saham pengendali berkepentingan untuk menjaga dan mengawal harga sahamnya. Ini yang menjadi sentimen positif," kata Budi kepada Kontan.co.id, Jumat (8/12).
Selain BREN, emiten di bawah Prajogo Pangestu yakni, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Petrosea Tbk (PTRO) juga ikut naik daun.
Kapitalisasi pasar BRPT mencapai Rp 132 triliun, TPIA sebesar Rp 508 triliun, CUAN Rp 151 triliun dan PTRO Rp 5,65 triliun. Dus, totalnya mencapai Rp 1799,65 triliun atau setara dengan 15,45% dari kapitalisasi pasar BEI.
Baca Juga: Mengintip Prospek Saham Perbankan di Tengah Suku Bunga yang Masih Tinggi pada 2024
Mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta Hasan Zein mengatakan kalau jumlah kapitalisasi pasar seluruh emiten Prajogo dikeluarkan, maka BEI bisa oleng bagai pesawat terbang di hampa udara. Dengan lonjakan harga saham dari kelima emitennya, Prajogo Pangestu dengan pasti melenggang menjadi orang terkaya di Indonesia. Bahkan ia digadang-gadang menyalip Jack Ma.
"Bersama dia, pemegang saham yang beruntung memiliki saham saham perusahaan PP ikut terangkat ke tingkat lebih tinggi secara materi," kata Hasan.
Grup Barito melepas dua emiten baru ke pasar saham, yakni BREN dan CUAN. Dua emiten tersebut bersama dengan AMMN menjadi kisah sukses IPO tahun ini. Ketiga emiten ini memiliki total kapitalisasi pasar Rp 1.634 triliun atau 76,11% dari penambahan market cap tahun ini yang sebesar Rp 2.147 triliun.
Baca Juga: Klub Taipan Paling Cuan Sejagat Raya
Tetapi tak semua saham yang baru melantai di BEI mencetak imbal hasil tinggi. Dari 79 emiten baru di BEI tahun ini, sebanyak 51 emiten mencatat penurunan harga hingga Jumat (22/12)
Ada 10 saham yang sudah ambles di level Rp 50 per saham, termasuk emiten di Papan Akselerasi. Berikut 10 saham IPO 2023 yang harganya berada di Rp 50 pada 22 Desember 2023:
- PT Koka Indonesia Tbk (KOKA)
- PT Kokoh Exa Nusantara Tbk (KOCI)
- PT Graha Prima Mentari Tbk (GPRM)
- PT Maxindo Karya Anugerah Tbk (MAXI)
- PT Informasi Teknologi Indonesia (JATI)
- PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA)
- PT Saptausaha Gemilangindah Tbk (SAGE)
- PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR)
- PT Aviana Sinar Abadi Tbk (IRSX)
- PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE)
Dari 17 emiten baru yang ada di Papan Akeselerasi tahun ini, sembilan emiten mencatat harga di bawah Rp 50 per saham pada Jumat (22/12).
Sembilan emiten baru Papan Akselerasi dengan harga di bawah Rp 50 per saham adalah:
- PT Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL) Rp 20 per saham (IPO Rp 110)
- PT Lavender Bina Cendekia Tbk (BMBL) Rp 21 per saham (IPO Rp 188)
- PT Hassana Biga Sejahtera Tbk (NAYZ) Rp 10 per saham (IPO Rp 100)
- PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK) Rp 32 per saham (IPO Rp 162)
- PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN) Rp 12 per saham (IPO Rp 78)
- PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF) Rp 25 per saham (IPO Rp 90)
- PT Widiant Jaya Krenindo Tbk (WIDI) Rp 21 per saham (IPO Rp 100)
- PT Minahasa Membangun Hebat Tbk (HBAT) Rp 44 per saham (IPO Rp 108)
- PT Multisarana Intan Eduka Tbk (MSIE) Rp 26 per saham (IPO Rp 100)
Baca Juga: Menilik Kinerja BUMN Karya di Tengah Upaya Restrukturisasi Utang
Dari 17 emiten baru di Papan Akselerasi, hanya PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP) yang harga sahamnya naik.
Harga saham CHIP ditutup pada Rp 2.120 per saham pada perdagangan terakhir. Harga saham CHIP naik 13,25 kali lipat atau 1.225% dari harga IPO yang hanya Rp 160 per saham.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, masih ada peluang besar untuk IPO meski suku bunga tinggi. Dia menilai sebenarnya pasar Indonesia tidak membutuhkan jumlah IPO yang terlalu banyak karena perhelatan IPO sudah menggunung.
"Pasar butuh IPO yang berkualitas dengan market cap yang tinggi. Kalau secara kuantitas tidak ada dibatasi karena perizinan sudah dipermudah," ucap Robertus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News