Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kedua, kebijakan The Fed dan bank sentral dunia terbilang dovish, sehingga menyebabkan imbal hasil obligasi di global turun ke level rendah bahkan negatif.
Ketiga, imbal hasil riil Indonesia dan selisih dengan US Treasury sangat menarik.
Keempat, pemerintah hingga saat ini telah menerbitkan surat utang sekitar 77% dari target tahunan. "Sehingga dinamisme pasokan dan permintaan surat utang akan lebih suportif ke depannya," urai Ezra.
Baca Juga: IHSG menanjak, cermati 10 saham dengan frekuensi transaksi tertinggi, Rabu (31/7)
Kendati demikian, pasar obligasi Indonesia juga memiliki sejumlah tantangan. Salah satunya, sentimen global yang risk-off atau keengganan mengambil risiko akibat kecemasan terjadinya resesi. Ada pula sentimen lain seperti perang dagang AS-China dan krisis geopolitik di Argentina dan Hong Kong.
Selain itu, "Rupiah yang cenderung bergejolak dan memiliki korelasi tinggi dengan dollar dapat menyebabkan investor wait and see menunggu stabilitas sebelum kembali berinvestasi di pasar obligasi," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News