kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Manufaktur tertekan, emiten tekstil ini yakin tetap tumbuh di semester II 2019


Rabu, 04 September 2019 / 17:10 WIB
Manufaktur tertekan, emiten tekstil ini yakin tetap tumbuh di semester II 2019
ILUSTRASI. Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL)


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2019 berkontraksi, ke level terendah selama tiga tahun terakhir ke level 49,0 dari bulan sebelumnya 49,6. Menurut IHS Markit, penyebab utamanya adalah penurunan permintaan, khususnya penjualan ekspor. Bahkan ekspor juga turun pada 10 bulan terakhir. Jadi produsen mengurangi aktivitas produksinya. 

Bagi dua emiten tekstil yakni PT Pan Brothers Tbk (PBRX) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) yang orientasi pasarnya ekspor menyatakan tidak merasa dampak dari tertekannya sektor manufaktur saat ini. Mereka optimistis di sisa tahun ini tetap mencatatkan pertumbuhan.

Sekretaris Perusahaan PT Pan Brothers Tbk Iswar Deni menyatakan Pan Brothers justru mencatatkan pertumbuhan penjualan hingga 9,14% year on year (yoy) dari sebelumnya US$ 260,94 juta di semester I 2018 menjadi US$ 284,80 juta di semester I-2019. 

Baca Juga: Wah, Kompetisi Pasar Tekstil di Dalam Negeri Bakal Makin Ketat Akibat Perang Dagang

Adapun labanya juga turut naik hingga 107% yoy dari sebelumnya US$ 4,12 juta di paruh pertama 2018 menjadi US$ 8,54 jut di paruh pertama 2019. 

“Di tengah keadaan manufaktur yang tertekan, kapasitas produksi Pan Brothers tetap tumbuh. Bahkan produk ber-merek permintaannya naik,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (4/9). 

Iswar bilang akhir tahun ini PBRX berani menargetkan produksi menjadi 116 juta pieces karena pesanan dari perusahaan di berbagai negara sudah penuh. 

Iswar menjelaskan salah satu sentimen positif untuk PBRX malah dari perang dagang AS dan China. 

Sebelumnya Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk Anne Patricia Sutanto menyatakan efek perang dagang ini sangat positif ke Pan Brothers karena orientasi penjualannya untuk ekspor. 

“Indonesia memiliki market besar, baik itu dari pasar domestik dan ekspornya. Dengan adanya kondisi ini, sudah banyak pengusaha dari Amerika yang berencana akan bekerjasama dengan PBRX,” jelasnya. 

Anne bilang, rata-rata buyer dari Amerika (bekerjasama) untuk kapasitas tahun depan sedangkan yang kita jalankan baru uji coba. PBRX sudah menyiapkan sejumlah rencana penambahan kapasitas dengan membangun pabrik baru di bawah PT Teodore Pan Garmindo Tbk yang ditargetkan  proses konstruksi bakal rampung pada akhir tahun. Kapasitas pabrik baru ini sebesar 6 juta potong garmen per tahun dan akan mulai produksi pada 2020. 

Namun, Anne menyatakan PBRX tetap harus siap secara kapasitas produksinya. Jadi pada saat buyer masuk untuk mendorong penjualan, PBRX sudah menyiapkan empat pilar ekspansi yakni ekspansi ke sektor baru yakni pabrik kain. Targetnya adalah membangun joint venture atau kolaborasi dengan pabrik kain dalam negeri. 

Kemudian ekspansi manufaktur dengan automatisasi di beberapa proses produksi seperti fasilitas sulam, pencetakan garmen, dan cuci pakaian sehingga pada 2021 total kapasitas produksi bisa mencapai 130 juta pieces garmen dari sebelumnya 116 juta pieces di 2019. 

Baca Juga: Kurs dollar AS terhadap rupiah melemah, begini antisipasi Pan Brothers (PBRX)

Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah menambah kapasitas produksi. Selain pembangunan pabrik baru PT Teodore Pan Garmindo, PBRX juga akan membangun pabrik di bawah PT Eco Smart Garment Indonesia di Jawa Tengah yang ditargetkan bakal selesai di 2020 dan mulai produksi 2021. 

Pabrik baru ini ditengarai akan menambah kapasitas produksi hingga 21 juta potong garmen per tahun. 

Melansir laporan keuangan 2018, pasar ekspor PBRX paling besar dari Asia yakni 56,67% untuk memanfaatkan eskalasi perang dagang saat ini, PBRX berencana juga menyasar Vietnam sebagai negara yang juga disasar Amerika untuk proyek tekstil. Selain itu juga melanjutkan kerjasama dengan beberapa merek seperti ZOE label atau ZOE Black, Sokya, SnP, FTL, Asylum dan Wastu. 

Begitu juga dengan emiten tekstil lain,Corporate Communication PT Sri Rejeki Isman Tbk Joy Citra Dewi yang mengungkapkan di tengah tekanan industri manufaktur tren penjualan ekspor di paruh kedua tahun ini masih oke. 

“Sejauh ini SRIL tidak ada rencana mengurangi aktivitas produksi karena ada kebutuhan dari Amerika Serikat (AS) yang harus dipenuhi,” jelasnya. 

Baca Juga: Ekspor bakal melaju di tengah perang dagang, saham Sri Rejeki (SRIL) bisa dibeli

Kendati demikian, SRIL kerap merasakan penjualan yang agak sepi di kuartal III karena di rentang waktu ini sudah melewati momentum lebaran dan sebelum natal. Joy bilang, secara nature bisnis kuartal III memang pasti lebih rendah dibanding kuartal II dan kuartal IV. 

Walaupun beberapa analis dan ekonom sudah menyatakan industri manufaktur akan melandai di sisa tahun ini, Joy mengatakan target pertumbuhan penjualan SRIL tetap teguh di 10%-15% tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×