Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ketika banyak analis memprediksi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal ditutup pada level 5.000 pada akhir tahun, hanya segelintir analis yang memprediksi IHSG justru akan ditutup pada level 4.000. Salah satunya adalah Head of Research Mandiri Sekuritas, John Rachmat.
Sebenarnya, sekitar bulan Ramadhan lalu dia sempat merevisi targetnya menjadi level 4.200. Bahkan, setelah itu John kembali merevisi target IHSG menjadi 5.000. Namun, kini target tersebut kembali direvisi ke level semula, yaitu 4.000.
Alasannya sederhana, yaitu suku bunga acuan (BI rate) yang dinaikkan 25 basis poin menjadi 7,5%. "Apa yang dilakukan BI itu seperti pepatah dari Jerman, throwing the baby out with the bath water," imbuh John melalui risetnya yang diterima KONTAN, (15/11).
Artinya, tindakan BI untuk kembali meningkatkan suku bunga acuan itu sama halnya dengan mengeliminasi unsur esensial dengan unsur pendukungnya. Dengan kata lain, kembali menaikan BI rate itu hanya menambah sentimen negatif terkait ketidakpastian di pasar sehingga kebijakan ini dinilai John tidak penting.
Dia menguraikan, maksud dari kebijakan tidak penting adalah kenaikan suku bunga dipandang keliru karena defisit neraca transaksi berjalan kuartal IIII 2013 sebesar US$ 8,4 miliar atau 3,8% dari pendapatan domestik bruto (PDB). Angka ini turun jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, US$ 4,4 miliar atau 4,4% dari PDB.
"Kebijakan itu hanya melukai pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga level 5.000 itu tidak lagi realistis bagi kami. Kami mempertahankan peringkat overweight untuk Indonesia, tapi kami mengalihkan top picks kami ke sektor perkebunan," jelas John.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News