Reporter: Dina Farisah, Wahyu Satriani, Agus Triyono | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hampir seluruh instrumen investasi sedang jeblok saat ini. Imbal hasil instrumen investasi terbilang minim, bahkan banyak yang negatif.
Ambil contoh, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cuma mencatat return 1,17% secara year to date hingga kemarin. Rata-rata imbal hasil reksadana saham malah minus 3,23% dari akhir tahun hingga 13 November 2013. Begitu pula, return obligasi negara 10 tahun minus 20,58%.
Sembari merenungi kerugian, investor kini bisa mengevaluasi kinerja instrumen investasi dan melakukan realokasi investasi.
Direktur PT Infovesta Utama Parto Kawito bilang, imbal hasil reksadana sepanjang tahun ini masih akan dikalahkan pertumbuhan IHSG. Ia menyarankan investor menghitung seberapa rendah return reksadana dibanding IHSG.
Jika return jauh di bawah IHSG, investor perlu mengambil tindakan. "Investor bisa mengganti manajer investasi yang memiliki kinerja lebih baik," saran dia.
Namun bila kerugian baru terjadi satu bulan terakhir (jangka pendek), investor tidak perlu terburu-buru pindah MI. Sebaliknya, bila investor telah mencapai keuntungan, maka investor disarankan mengakumulasi aset untuk memanfaatkan aksi window dressing pada akhir tahun.
Untuk obligasi, Parto belum melihat adanya sinyal positif. Investor dengan profil risiko konservatif dapat beralih ke deposito. Sebab, bunga deposito cukup menggiurkan dengan return 8% per tahun. Pilihan lain: melirik obligasi korporasi yang return-nya masih bagus.
Investor yang lebih bernyali, dapat berpindah ke reksadana campuran karena penempatan aset yang lebih fleksibel. Parto menyarankan investor untuk mengalokasikan 30% pada saham atau reksadana saham, 20% pada instrumen pendapatan tetap, 30% di deposito. Sisanya bisa berupa emas.
Sebastian Tobing, Head of Research PT Trimegah Securities yakin terhadap IHSG. Menurutnya, IHSG akhir tahun akan berada di level 4.600. Meski jangka pendek masih terjadi volatilitas, dia menyarankan investor menyiapkan kas untuk membeli saham saat market turun.
Iwan Triadji, Fund Manager PT Corfina Capital menimpali, biasanya pasar modal mengalami koreksi di bulan November kemudian naik pada Desember. "Saat ini merupakan timing yang tepat untuk masuk ke saham dengan investasi sekitar tiga hingga lima tahun," kata Iwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News