kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kurangi aset berisiko di 2014


Jumat, 15 November 2013 / 09:08 WIB
Kurangi aset berisiko di 2014
ILUSTRASI. Beli pulsa dan paket data Telkomsel dengan DANA untuk mendapatkan cashback 20%.


Reporter: Wahyu Satriani, Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kondisi ekonomi domestik dan global di sepanjang tahun ini bak rollercoaster. Dari dalam negeri, masalah fundamental seperti tekanan inflasi, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), dan defisit neraca pembayaran membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar obligasi mengalami tekanan cukup hebat.

Sementara, sentimen global antara lain ketidakpastian keberlangsungan stimulus moneter AS hingga pemulihan ekonomi yang lambat di China dan AS ikut menambah volatilitas pasar. Lantas bagaimana nasib instrumen-instrumen investasi andalan di tahun depan?

Direktur PT Infovesta Utama, Parto Kawito mengatakan,  memasuki tahun politik di 2014, investor perlu waspada terhadap risiko investasi. Aset-aset berisiko sebaiknya dijaga dengan porsi tidak melebihi separuh portofolio. Volatilitas harga yang tinggi akan berlanjut pada tahun depan.

Data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik memperkuat spekulasi pengurangan stimulus moneter dalam waktu dekat. Memasuki awal tahun depan, investor perlu menahan diri dan bisa mengalihkan sebagian portofolio pada deposito. Sebab, isu pemangkasan stimulus AS akan kembali nyaring.

Adapun prospek deposito masih terbilang cukup baik. Meski tahun depan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diprediksi turun, namun suku bunga deposito diduga baru akan turun pada semester II-2014. Deposito dapat dijadikan alternatif bagi investor yang ingin memarkirkan kasnya.

Sementara, instrumen investasi emas belum akan bersinar pada tahun depan. "Jika stimulus moneter AS benar-benar dipangkas,  harga emas akan makin tertekan," ujar Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures.

Sebastian Tobing, Head of research PT Trimegah Securities merekomendasikan, untuk di bursa saham, investor agar melirik sektor perkebunan di tahun depan. Sebab, harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) berpeluang naik.  Apalagi, CPO akan digunakan untuk bahan bakar alternatif untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).

Iwan Triadji, Fund Manager PT Corfina Capital memprediksi, meskipun potensi pemangkasan stimulus di AS dan akan menekan IHSG,  namun pasar modal masih memiliki daya tarik. Ketika mengalami koreksi, investor bisa masuk karena pasar saham pasti akan tetap mengalami kenaikan dalam jangka panjang.

Iwan juga merekomendasikan investor untuk menggenggam reksadana. Untuk investor agresif bisa menempatkan sebagian besar dananya di reksadana saham, sedangkan yang konservatif bisa memperbesar dananya di pasar uang atau deposito.

Hans Kwee, Direktur Emco Asset Management bilang, di obligasi, investor bisa mengakumulasi bila yield surat utang negara (SUN) acuan FR0063 bertenor 10 tahun di atas 8,5%. Kemarin, yield SUN FR0063 di level 8,31%.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×