Reporter: Wahyu Satriani, Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kondisi ekonomi domestik dan global di sepanjang tahun ini bak rollercoaster. Dari dalam negeri, masalah fundamental seperti tekanan inflasi, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), dan defisit neraca pembayaran membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar obligasi mengalami tekanan cukup hebat.
Sementara, sentimen global antara lain ketidakpastian keberlangsungan stimulus moneter AS hingga pemulihan ekonomi yang lambat di China dan AS ikut menambah volatilitas pasar. Lantas bagaimana nasib instrumen-instrumen investasi andalan di tahun depan?
Direktur PT Infovesta Utama, Parto Kawito mengatakan, memasuki tahun politik di 2014, investor perlu waspada terhadap risiko investasi. Aset-aset berisiko sebaiknya dijaga dengan porsi tidak melebihi separuh portofolio. Volatilitas harga yang tinggi akan berlanjut pada tahun depan.
Data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik memperkuat spekulasi pengurangan stimulus moneter dalam waktu dekat. Memasuki awal tahun depan, investor perlu menahan diri dan bisa mengalihkan sebagian portofolio pada deposito. Sebab, isu pemangkasan stimulus AS akan kembali nyaring.
Adapun prospek deposito masih terbilang cukup baik. Meski tahun depan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diprediksi turun, namun suku bunga deposito diduga baru akan turun pada semester II-2014. Deposito dapat dijadikan alternatif bagi investor yang ingin memarkirkan kasnya.
Sementara, instrumen investasi emas belum akan bersinar pada tahun depan. "Jika stimulus moneter AS benar-benar dipangkas, harga emas akan makin tertekan," ujar Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures.
Sebastian Tobing, Head of research PT Trimegah Securities merekomendasikan, untuk di bursa saham, investor agar melirik sektor perkebunan di tahun depan. Sebab, harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) berpeluang naik. Apalagi, CPO akan digunakan untuk bahan bakar alternatif untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
Iwan Triadji, Fund Manager PT Corfina Capital memprediksi, meskipun potensi pemangkasan stimulus di AS dan akan menekan IHSG, namun pasar modal masih memiliki daya tarik. Ketika mengalami koreksi, investor bisa masuk karena pasar saham pasti akan tetap mengalami kenaikan dalam jangka panjang.
Iwan juga merekomendasikan investor untuk menggenggam reksadana. Untuk investor agresif bisa menempatkan sebagian besar dananya di reksadana saham, sedangkan yang konservatif bisa memperbesar dananya di pasar uang atau deposito.
Hans Kwee, Direktur Emco Asset Management bilang, di obligasi, investor bisa mengakumulasi bila yield surat utang negara (SUN) acuan FR0063 bertenor 10 tahun di atas 8,5%. Kemarin, yield SUN FR0063 di level 8,31%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News