kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Manajemen SIAP dan tim menghadap ke OJK


Jumat, 23 Mei 2014 / 15:40 WIB
Manajemen SIAP dan tim menghadap ke OJK
ILUSTRASI. Dalam dunia investasi pribadi yang kontroversial, tidak ada sosok yang lebih besar dari Robert Kiyosaki. Sumber?@theRealKiyosaki


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Manajemen PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) beserta tim melakukan dengar pendapatan (hearing) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) siang ini.

Dengar pendapat dilakukan terkait rencana backdoor listing pada SIAP yang dilakukan lewat rights issue. Pihak-pihak yang melakukan hearing antara lain Direktur Utama SIAP Onny Soendjaja, Jenpino Ngabdi, Managing Director-Investment Banking PT Danareksa Sekuritas, dan Harry Kurniawan, Direktur Corporate Finance PT Eagle Capital.

"Kami akan lakukan hearing," kata Harry saat ditemui sebelum bertemu dengan pihak pengawas OJK di Jakarta, Jumat (23/5). Sebagaimana diketahui, SIAP merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi, percetakan, dan perdagangan produk nonwoven.

Emiten yang berbasis di Sidoarjo, Jawa Timur ini akan menerbitkan 23,4 miliar saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 200 per saham. Dengan demikian, aksi korporasi ini bernilai Rp 4,68 triliun.

Seluruh dana rights issue, setelah dikurangi biaya administrasi, akan digunakan untuk mengakuisisi saham RITS Ventures Limited. Dengan demikian, SIAP akan mengubah lini bisnisnya menjadi perusahaan batubara. Dirut SIAP, belum mau banyak bicara terkait alasan perseroan mengubah bisnis perseroan ini.

Saat ini, pemegang saham utama SIAP itu adalah PT Graha Sakti Cemerlang (GSC) dan PT Graha Sakti Prima (GSP). Masing-masing menggenggam 216 juta saham atau 36% kepemilikan dan 144 juta saham atau setara dengan 24% SIAP

Sebelumnya, RITS berupaya masuk lewat PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK). Namun, rencana itu kandas karena OJK (dulu Bapepam-LK) tidak merestuinya.

Noor Rachman, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK pernah mengatakan, pihaknya akan memeriksa dengan saksama aksi korporasi tersebut, terutama terkait dengan valuasi.

Mengutip prospektus yang dipublikasikan perseroan pekan lalu, nilai akuisisi RITZ sebesar Rp 4,67 triliun. Nilai ini lebih rendah dari nilai akuisisi oleh PKPK dulu, yakni mencapai RpĀ  5,5 triliun.

Berdasarkan penilai independen yang ditunjuk, Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Yanuar Bey & Rekan, nilai wajar 100% saham RITS sebesar Rp 4,95 triliun. RITS adalah satu pemilik PT Wana Bara Prima Coal, induk PT Indo Wana Bara Mining Coal.

Pemilik Wana Bara Prima lainnya adalah Reinner Abdul Rachman Latief dan Rendy Diego Soedarjo. Reinner yang merupakan mantan petinggi PT Lapindo Brantas Inc. mengempit 3,89% saham Wana Bara. Sedangkan Rendy menguasai 1,11%. Adapun sisanya dimiliki RITS melalui Golden View Offshore Inc.

Berdasarkan evaluasi laporan cadangan batubara Indo Wana Bara oleh Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI-ITB) per 25 September 2013, cadangan batubara Indo Wana Bara tercatat sebesar 288,15 juta ton. Namun, tidak disebut, apakah Indo Wana Bara sudah berproduksi atau belum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×