Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Initial public offering PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diwarnai kabar kedatangan investor strategis.
Saat dikonfirmasi, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto tidak berbicara banyak mengenai kabar ini.
“Kami melakukan proses penawaran perdana saham, kami sangat terbuka opportunity untuk anchor investor atau strategic investor karena ini menjadi bagian dari strategi pengembangan bisnis. Untuk detail penawaran saham perdana bisa didapatkan penjelasan dari penjamin emisi efek,” kata Yuniarto saat ditemui usai paparan public IPO Pertamina Geothermal, Rabu (1/2).
Sebelumnya, Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana menyebut IPO Pertamina Geothermal Energy ini telah diminati investor strategis dari luar negeri dengan jumlah yang sangat besar. Asal tahu, Mandiri Sekuritas berperan sebagai salah satu pelaksana emisi efek dari IPO Pertamina Geothermal.
Baca Juga: Anak Usaha Pertamina IPO, Berpotensi Raih Dana Segar Hingga Rp 9,78 Triliun
Adapun investor kakap ini akan dibawa Indonesia Investment Authority (INA). Oki bilang investor asing ini salah satunya akan berasal dari kawasan Timur Tengah.
Anak usaha PT Pertamina ini akan mendistribusikan IPO ke investor internasional dan domestik. Penawaran saham perdana ke investor internasional akan dilakukan lewat International Public Offering.
Menurut Yuniarto, international offering ini memungkinkan jangkauan investor sampai ke Eropa dan Amerika Serikat (AS). Hanya saja, pencatatan saham akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
PGEO telah memulai periode bookbuilding pada hari ini, Rabu (1/2) hingga Kamis (9/2). Rentang harga book building yang dipasang PGEO berada di Rp 820 - Rp 945 per saham.
Baca Juga: Apexindo Pratama Duta (APEX) Targetkan Peningkatan Utilisasi Rig Pengeboran
Dalam aksi korporasi ini, PGEO akan melepas sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham, yang mewakili sebanyak-banyaknya sebesar 25,00% dari modal ditempatkan dan disetor IPO. Sehingga, perusahaan pelat merah tersebut berpotensi meraup dana segar maksimal Rp 9,78 triliun.
Mayoritas dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan bisnis. Sekitar 85% dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha sampai dengan tahun 2025.
Pengembangan ini terdiri atas sekitar 55% akan digunakan untuk belanja modal alias capital expenditure (capex) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) operasional saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing.
Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lahendong, WKP Hululais, WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Gunung Way Panas, WKP Sungai Penuh, dan WKP Gunung Sibayak - Gunung Sinabung.
Sekitar 33% akan digunakan untuk capital expenditure pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru.
Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Hululais, WKP Gunung Way Panas, dan WKP Kamojang - Darajat.
Baca Juga: Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Mulai Periode Bookbuilding IPO Hari Ini (1/2)
Lalu, sekitar 12% akan digunakan oleh PGEO untuk capital expenditure pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir untuk mendukung production, operation & maintenance excellence.
PGEO merupakan salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global yang diukur dengan kapasitas terpasang. Prospek PGEo juga didukung oleh basis cadangan dan sumber daya yang besar.
Yuniarto mengatakan, PGEO saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di 6 area dengan kapasitas terpasang 672 MW yang dioperasikan sendiri dan sebanyak 1.205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract/JOC).
Baca Juga: Apexindo (APEX) Garap Kontrak Pertamina Geothermal Energy di Ulubelu Kuartal I-2023
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi emission avoidance CO2 sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.
Pertamina Geothermal Energy juga berambisi meningkatkan basis kapasitas terpasangnya dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News