Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Pihaknya merekomendasikan buy MAIN dengan potensial upside 29.65%. Per perdagangan Jumat (9/8), harga MAIN ada di level Rp 1.010 per saham atau turun 27,6% year to date.
Ia juga memprediksi, gagalnya gugatan Indonesia di World Trade Organization (WTO) pada Juli 2019 yang berpeluang meningkatkan impor ayam ras tidak memengaruhi bisnis MAIN secara signifikan.
Baca Juga: Ayam Brasil siap serbu Indonesia, saham emiten ayam CPIN, JPFA, dan MAIN memerah
Alasannya, impor ayam ras tidak mudah untuk dilaksanakan karena pemerintah Indonesia cenderung untuk melindungi kepentingan peternak lokal. “Selain itu, ayam yang masuk ke Indonesia umumnya harus melewati beberapa aturan birokrasi, salah satunya halal certificate,” ucap dia.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin memprediksi, kinerja bisnis sektor unggas akan melemah pada semester 2-2019 ini. Alasannya, permintaan ayam akan menurun karena musim hari raya berlangsung di kuartal II-2019. Sementara itu, harga jagung lokal diprediksi akan naik karena volume panen jagung yang lebih kecil.
Untuk itu, ia memperkirakan margin kotor MAIN akan menyempit menjadi 11,6% pada akhir 2019, dari 14,1% pada tahun lalu. Untuk itu, Mimi memprediksi laba bersih MAIN akan menjadi Rp 253 miliar, dari Rp 285 miliar tahun lalu.
Ia mempertahankan rekomendasi hold atas saham MAIN tapi memotong target harganya menjadi Rp 1.100 per saham.
Baca Juga: Harga Pakan Naik, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Produsen Ayam
Sentimen positif harga saham MAIN adalah permintaan dan margin laba yang lebih baik dari perkiraan. Sebaliknya, risiko penurunan saham terjadi apabila harga bahan baku lebih tinggi dari perkiraan, kelebihan pasokan yang semakin parah, dan intervensi pemerintah yang tidak mendukung perusahaan unggas terintegrasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News