Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Madusari Murni Indah memulai proses penawaran saham perdananya. Produsen etanol ini akan melepas 495,95 juta saham atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor.
Harga initial publik offering (IPO) saham Madusari dipatok di kisaran Rp 500 hingga Rp 600 per saham. Alhasil, perusahaan yang nantinya bakal tercatat dengan kode saham MOLI ini mengincar dana segar Rp 247,97 miliar hingga Rp 297,57 miliar.
Direktur Utama PT Sucor Sekuritas Wiwiek Sutanto mengatakan, harga saham perdana itu mencerminkan price earning ratio (PER) 2018 sebesar 9 kali-11 kali. Sucor, yang menjadi penjamin emisi IPO Madusari, akan mengalokasikan 80% dari total penawaran saham untuk investor institusi lokal yang akan menjadi anchor investor. Lalu sisa saham akan ditawarkan ke investor ritel.
Arief Goeadibrata, Direktur Utama Madusari, mengatakan, sekitar 94,45% dana dari IPO akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi etanol dengan membangun pabrik baru dan pembelian mesin. Kemudian, sisanya akan digunakan untuk membangun gudang penyimpanan etanol di Jawa Timur.
Pabrik baru akan berada di Lampung. "Saat ini sudah proses pembangunan. Lalu, gudang distribusi berlokasi di Lawang, Jawa Timur," ujar Arief di Jakarta, Selasa (7/8).
Saat ini, Madusari menguasai pangsa pasar etanol dalam negeri sebesar 53%. Madusari memiliki kapasitas pabrik 80 juta liter per tahun. Untuk pembangunan pabrik, perusahaan ini membutuhkan dana investasi Rp 550 miliar.
"Pendanaannya Rp 200 miliar dari dana IPO, Rp 150 miliar dari pinjaman bank dan sisanya diambil dari kas perusahaan," ujar dia. Pabrik ditargetkan rampung pada 2019 mendatang. Dengan tambahan pabrik baru, kapasitas produksi etanol bakal naik jadi 130 juta liter per tahun.
Hingga Maret 2018, Madusari mencetak laba Rp 31,04 miliar, tumbuh 71,79% year on year (yoy) . Lalu, pendapatannya sebesar Rp 277,53 miliar. Sepanjang 2017 lalu, pendapatan Madusari mencapai Rp 1,13 triliun. "Tahun ini kami targetkan pendapatan naik jadi Rp 1,4 triliun hingga Rp 1,5 triliun," beber Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News