Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) memilih jalur initial public offering (IPO) sebagai upaya untuk mengembangkan bisnis perusahaan yang bergerak di industri kimia dasar. Mendirikan pabrik baru menjadi tujuan utama Madusari untuk akhirnya melakukan IPO pada 30 Agustus lalu.
MOLI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, hasil industri bio ethanol, molasses, protein sel tunggal asam asetat, thyl asetat, pupuk tanaman, jagung, singkong dan karbondioksida (CO2). Perdagangan hasil industri kimia tersebut, selama ini sebanyak 60% MOLI sebar di pasar lokal, Sedangkan 40% diekspor ke kawasan regional seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Saat ini, perusahaan ini mengoperasikan pabrik ethanol berkapasitas 80 juta liter. Namun, utilisasi pabrik tersebut sudah hampir mencapai 100% sehingga perusahaan perlu untuk menambah kapasitas produksi dengan membangun pabrik baru yang pendanaanya berasal dari IPO.
Pada awal mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka, MOLI menetapkan harga IPO di Rp 580 per saham dan memperoleh dana segar sebesar Rp 203,58 miliar.
Direktur Utama MOLI Arief Goenadibrata mengatakan, hasil IPO sekitar 94,5% akan disalurkan kepada entitas anak, yaitu PT Molindo Raya Industrial (MRI) untuk meningkatkan kapasitas MRI dengan membeli beberapa mesin baru dan membangun pabrik baru.
Rincian pabrik baru yang akan dibangun di Lampung tersebut, terdiri atas pabrik MRI 2 yang akan memproduksi ethanol dan pabrik anak usaha MOLI yang lainnya, yaitu PT Molindo Inti Gas (MIG) yang akan memproduksi Co2.
Perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun pabrik dan membeli mesin baru Rp 500 miliar, terdiri atas Rp 450 miliar untuk pabrik MRI 2 dan Rp 50 miliar untuk pabrik MIG 2. Dari jumlah tersebut Rp 180 miliar akan menggunakan dana yang diperoleh dari IPO denan pembagian sekitar Rp 162 miliar untuk pabrik MRI 2 dan Rp 18 miliar untuk pabrik MIG 2.
Sisa kekurangan dana Rp 70 miliar akan diambil dari dana internal MRI sekitar Rp 63 miliar dan dana internal MIG sekitar Rp 7 miliar. Kekurangan dana Rp 100 miliar akan ditutup dari fasilitas bank atas aset-aset yang ada di Lampung sekitar Rp 90 miliar dari bank MRI dan Rp 10 miliar dari fasilitas bank MIG. Madusari telah membeli sebagian mesin-mesin yag dubutuhkan untuk kedua pabrik tersebut senilai Rp 150 miliar.
Dengan bertambahnya kapasitas produksi, ke depan MOLI mampu mengembangkan penjualan ekspor di kawasan regional. Arief berharap, porsi penjualan MOLI akan terbagi 50% lokal dan 50% ekspor. Saat ini bahan kimiar dasar MOLI di pasar lokal banyak disalurkan untuk bidang usaha farmasi, kecantikan, pencampur tinta, dan rokok.
Arief mengatakan, pembangunan pabrik baru serta pemeblian mesin baru dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pabrik dalam menggunakan bahan baku tunggal (molasses) berupa tetes tebu. Ke depan MOLI memilih pati (starch) sebagai alternatif bahan baku.
Selain itu, sebagian mesin baru yang akan dibeli membuat MOLI dapat mendaur ulang sisa produksi menjadi sumber energi tambahan yang dapat digunakan dalam proses produksi, sehingga efisiensi bisa tercipta. Beberapa mesin baru yang menjadi investasi MOLI adalah mesin vinasse boiler, evaporator, dan mesin molasses pre-treatment.
"Proses pembakaran menghasilkan energi panas. Mesin yang kami invest bisa mengumpulkan panas tersebut untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik yang cukup untuk konsumsi pabrik, kami jadi tidak bayar PLN lagi," kata Arief.
Pada tahap awal mesin tersebut akan dioperasikan di pabrik MRI I yang saat ini eksisting dan beroperasi di Lawang, Malang. "Setelah sukses dioperasikan pada pabrik yang sudah ada, baru selanjutnya diterapkan juga untuk pembangunan pabrik baru," kata Arief, Kamis (13/9) kepada Kontan.co.id.
Pembelian mesin baru akan menggunakan dana IPO sebesar Rp 12 miliar. Arief memproyeksikan, efisiensi tersebut bisa menambah 4% pada profit. Saat ini pemasangan mesin efisensi tersebut masih dalam proses dan diperkirakan akan rampung di tahun depan.
Selama menunggu pembangunan pabrik MOLI yang kedua selesai, Arief mengaku mulai bisa menambah produksinya dengan merangkul kompetitor meski memang belum dalam jumlah kapasitas yang besar. "Jadi saya pakai bahan baku setengah jadi dan diproduksi ke kapasitas perusahaan lain," kata Arief.
Selanjutnya, sisa dana IPO akan disalurkan ke entitas induk untuk melanjutkan pembangunan fasilitas distribusi berupa gudang di daerah Jawa Timur. Tujuan MOLI membangun gudang tersebut didasari adanya kebutuhan untuk memiliki gudang dalam menjalankan bisnis sebagai trader dan distributor ethanol di daerah tersebut.
Maka untuk meningkatkan manajemen persediaan barang, MOLI akan membangun gudang tersebut. Perkiraan total dana yang dibutuhkan sebesar Rp 30 miliar. Per Agustus proses pembangunan gudang tersebut mencapai 40% dan menggunakan dana internal terlebih dahulu.
Arief menargetkan pertumbuhan pendapatan 3%-4% pada tahun ini menjadi Rp 1,1 triliun. Pertumbuhan pendapatan tersebut salah satunya didorong dengan meningkatkan kapasitas volume penjualan ekspor.
Per Jumat (28/9) harga saham MOLI bertengger di Rp 1.215 per saham atau tumbuh 109% sejak awal diperdagangkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News