Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Asnil Amri
TANGERANG. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) terpaksa menunda pembangunan proyek kawasan terpadu Kemang Village tahap kedua tahun ini. Proyek senilai Rp 1,5 triliun itu terhambat perizinan soal tata ruang.
Pada proyek tahap dua itu, LPKR sejatinya berencana menambah unit apartemen, perkantoran, dan rumah sakit Siloam Hospitals. "Kemungkinan ditunda ke tahun depan," ujar Ketut Budi Wijaya, Direktur Utama LPKR, Rabu (23/4).
Dia menjelaskan, Kemang Village sendiri membentang di lahan seluas 15,5 hektare (ha). Waktu pengembangannya diperkirakan selesai dalam lima tahun. Pada tahap satu, LPKR sudah merampungkan tujuh menara apartemen dengan total unit sebanyak 1.400.
Karena itulah tahun ini LPKR mesti memangkas belanja modal dari US$ 700 juta hingga US$ 800 juta menjadi US$ 650 juta. Belanja modal itu juga dipangkas lantaran pembangunan mall banyak yang selesai lebih cepat. "Jadi ternyata untuk mall juga tidak perlu banyak belanja modal," kata dia.
Namun, Ketut memastikan, tertundanya proyek ini tak mempengaruhi target pendapatan perseroan. Tahun ini, LPKR menargetkan bisa meraih pendapatan sebesar Rp 10,5 triliun atau tumbuh dari tahun lalu sebesar Rp 6,6 triliun.
LPKR tahun ini akan fokus membangun lima rumah sakit dan tiga pusat perbelanjaan. Rumah sakit yang dibangun diantaranya berada di Kupang, Medan, Jogja, Bogor, dan Bandung.
Sementara mall yang akan dibangun berlokasi di kawasan terpadu Saint Moritz, Jakarta Barat, Kuta Bali dan di kawasan Holland Village, Cempaka Putih.
Usai pembangunan mall dan memenuhi target tenant, LPKR akan mendivestasikan mall tersebut ke afiliasinya, First Real Estate Investment Trust (First REIT) Singapura.
Untuk memenuhi ekspansinya, LPKR sudah mengantongi amunisi dari penerbitan obligasi global senilai US$ 150 juta. Selain itu, LPKR baru saja menjual sebagian saham anak usahanya, PT Siloam International Hospitals dan meraup dana Rp 858 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News