kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lippo genjot bisnis properti dan ritel


Sabtu, 04 Januari 2014 / 09:20 WIB
Lippo genjot bisnis properti dan ritel
ILUSTRASI. Saham sektor komoditas mencetak kenaikan harga tinggi sejak awal tahun. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Emiten Grup Lippo masih ingin unjuk gigi tahun ini. Grup usaha yang didirikan Mochtar Riady telah menyiapkan serangkaian aksi untuk menggenjot pertumbuhan kinerja tahun ini. .

Grup Lippo yang memiliki beberapa unit usaha seperti ritel, properti, teknologi informasi, jasa perbankan, asuransi, dan rumahsakit, telah menyiapkan sejumlah dana untuk ekspansi tahun ini. Ekspansi Grup Lippo yang terbesar berasal dari lini bisnis properti yang digawangi oleh PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK).

Ketut Budi Wijaya, Direktur Utama LPKR mengatakan, pihaknya memiliki sejumlah proyek besar di 2014. Perseroan ini menyiapkan belanja modal hingga US$ 800 juta. Dana itu untuk membangun proyek-proyek terpadu berskala besar di Lippo Village, Lippo Cikarang serta di Tanjung Bunga.

Ketut mengatakan, LPKR akan membangun central business distric baru di wilayah Karawaci. "Ini skalanya besar sekali, seperti membangun kota baru, begitu pula dengan Lippo Cikarang," jelas dia kepada KONTAN.

LPKR dan anak usahanya yakni LPCK juga akan melanjutkan beberapa proyek yang sempat tertunda tahun lalu seperti Kemang Village, Lippo Village, dan proyek di Lippo Cikarang.

Belanja modal LPKR terbagi dua untuk proyek properti dan rumahsakit. Maklum, perseroan ini juga mendorong bisnis rumahsakit yang dioperasikan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). Anggaran belanja modal untuk SILO mencapai US$ 200 juta. Dana tersebut akan digunakan untuk mendirikan 14 rumahsakit baru di tahun ini. SILO juga baru saja mengakuisisi dua rumahsakit di Bali dengan nilai Rp 308 miliar.

Efeknya di 2013 lalu, porsi pendapatan berulang atau recurring income LPKR bertambah menjadi 56% dari total pendapatan LPKR. Sementara itu, sisanya 44% berasal dari penjualan properti. Tahun ini, manajemen memproyeksikan, porsi recurring income dari bisnis rumahsakit akan lebih kecil karena melejitnya pertumbuhan sektor properti.

Khusus LPCK, di tahun ini membidik marketing sales sebesar Rp 3 triliun naik 29% dari tahun lalu. Target ini berasal dari penjualan perumahan yang sebesar 60% dan sisanya dari proyek komersial.

Total jenderal, di tahun ini LPKR menargetkan pendapatan sebesar Rp 11,594 triliun, naik 74 % dari tahun lalu.

Selain menggenjot bisnis properti, Grup Lippo juga mendorong bisnis ritel atau bisnis penjualan eceran. Lippo memiliki tiga perusahaan yang bergerak di bidang ritel yakni PT Multipolar Tbk (MLPL), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF).

Fernando Repi, Manajer Komunikasi MPPA bilang, pihaknya menargetkan pendapatan di sepanjang tahun ini mencapai Rp 15 triliun atau meningkat 18%-20% dibandingkan proyeksi pendapatan 2013 sebesar Rp 13 triliun.

Penjualan ini didorong dari ekspansi pembukaan 20 gerai Hypermart di 2014. Perseroan ini menganggarkan belanja modal Rp 1,4 triliun di 2014, naik 75% dari tahun lalu. Dana tersebut berasal dari kas internal. "Di tahun ini ada banyak tantangan dari kenaikan harga listrik dan tenaga kerja yang dapat mengadang MPPA. Namun permintaan utama masih tetap besar," jelas Fernando.

Lippo juga akan memacu bisnis bisnis internet dan dan TV kabel. Emiten penyedia layanan data, PT First Media Tbk (KBLV) sudah menganggarkan belanja modal US$ 80 juta-US$ 100 juta di tahun ini. Dicky Setiadi Moechtar, Direktur KBLV mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk menambah sekitar 300.000 home pass. Dana belanja modal KLBV akan ditutupi dari kas internal dan pinjaman bank.

Pada tahun ini, Lippo juga akan melepas saham anak usaha KLBV, PT Link Net, ke bursa. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Link Net berencana melepas sebanyak-banyaknya 304,265 juta saham. Manajemen Link Net menargetkan bisa memperoleh dana dari hasil initial public offering (IPO) senilai Rp 500 miliar.

Analis MNC Securities, Reza Nugraha mengatakan, bisnis Grup Lippo selama ini ditopang dari properti. Namun, permintaan sektor properti bakal sedikit melambat. Tapi, Lippo bakal banyak terbantu dari bisnis rumahsakit. "Kontribusi dari bisnis rumahsakit bisa meningkat 10% sampai 15%," jelas dia.

Grup Lippo di tahun ini juga akan tertolong bisnis ritel. Menurut Reza, bisnis ritel masih akan berjaya di tahun politik. Namun dia melihat, aset MPPA sudah banyak yang dilepas. Sehingga, pertumbuhan MPPA akan lebih terbatas. Untuk jangka panjang, Reza menyukai SILO dan LPKR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×