Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten Grup Lippo, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil membalikan rugi bersih menjadi laba bersih per kuartal I 2025.
Laba bersih LPKR sebesar Rp 169,46 miliar per kuartal I 2025. Sebelumnya, perseroan menderita rugi bersih Rp 179,12 miliar di kuartal I 2024.
Group CEO Lippo Indonesia, John Riady mengatakan, EBITDA LPKR sebesar Rp 375 miliar di periode ini.
Meskipun begitu, pendapatan neto LPKR justru turun 55,42% secara tahunan alias year on year (yoy) ke Rp 2,01 triliun per kuartal I 2025, dari sebelumnya Rp 4,52 triliun di kuartal I 2024.
Secara rinci, pendapatan LPKR dikontribusikan paling besar oleh segmen real estate development Rp 1,73 triliun. Sisanya, dari segmen lifestyle sebesar Rp 333,57 miliar.
Segmen properti LPKR mencatat prapenjualan sebagai marketing sales sebesar Rp 1,26 triliun pada kuartal I 2025, mencapai 20% dari target tahun ini.
Baca Juga: Menilik Tren Investasi Properti di Bali, Tabanan Kini Jadi Primadona
“Hasil tersebut didukung oleh permintaan berkelanjutan untuk rumah tapak yang terjangkau di berbagai lokasi, dengan kontribusi 80% dari total pra penjualan yang mencerminkan minat yang kuat dari pembeli rumah pertama maupun pengguna akhir,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (5/5).
Proyek unggulan seperti Cendana Homes, XYZ Livin, dan Waterfront Uptown terus mendapatkan daya tarik, didukung oleh peluncuran Park Serpong Fase 4 dan Seri Blackslate di Tanjung Bunga, Makassar, dengan tingkat penyerapan masing-masing 96% dan 88%.
Di Lippo Karawaci (Holdco), penjualan residensial menyumbang Rp792 miliar. Ini dengan tambahan kontribusi dari unit komersial (Rp 71 miliar), stok hunian bertingkat (Rp 28 miliar), tanah kavling (Rp 18 miliar), dan tanah pemakaman di San Diego Hills (Rp 31 miliar).
Anak usaha PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) juga melaporkan marketing sales Rp 323 miliar di kuartal I 2025, dengan rumah tapak dan rumah toko menyumbang lebih dari 96% dari total penjualan. Proyek-proyek seperti XYZ Livin dan Cendana Spark North terus menarik minat pembeli.
”Segmen gaya hidup (mal dan hotel) LPKR tumbuh 13% yoy menjadi Rp 322 miliar,” ujar John.
Beban pokok pendapatan sebesar Rp 1,25 triliun di akhir Maret 2025, naik dari Rp 2,64 triliun di akhir Maret 2024.
Laba bruto menjadi Rp 766,79 miliar di akhir kuartal I 2025, turun 59,29% yoy dari Rp 1,88 triliun di periode sama tahun lalu.
Jika melihat neraca laba rugi dan penghasilan, pendorong laba di kuartal I 2025 adalah penurunan beban usaha menjadi Rp 548,58 miliar, dari sebelumnya Rp 1,08 triliun di kuartal I 2024.
LPKR mengantongi Rp 51,72 miliar pada pos penghasilan lainnya di akhir Maret 2025, naik dari Rp 9,40 miliar di akhir Maret 2024.
Lalu, beban lainnya juga turun ke Rp 65,05 miliar di periode ini, dari sebelumnya Rp 499 miliar di kuartal I 2024. Beban keuangan neto juga turun ke Rp 139,76 miliar di akhir Maret 2025, dari sebelumnya Rp 430,71 miliar di akhir Maret 2024.
Biaya bunga bersih juga turun 71% yoy menjadi Rp 93 miliar di tiga bulan pertama tahun 2025. Kata John, penurunan didorong oleh keberhasilan pelunasan obligasi sebesar Rp 1,04 triliun dan pinjaman bank sebesar Rp 740 miliar, ini menggarisbawahi komitmen LPKR untuk mengurangi utang sekaligus mengoptimalkan struktur modalnya.
“Upaya ini telah menghasilkan neraca yang lebih kuat dan biaya pendanaan yang lebih rendah di masa mendatang,” katanya.
Per 31 Maret 2025, LPKR punya jumlah aset Rp 51,13 triliun. Ini turun dari Rp 53,78 triliun per 31 Desember 2024.
Jumlah liabilitas perseroan sebesar Rp 20,03 triliun di akhir Maret 2025, turun dari Rp 22,83 triliun di akhir Desember 2024. Sementara, jumlah ekuitas tercatat Rp 31,10 triliun di kuartal I 2025, naik dari Rp 30,94 triliun di akhir tahun 2024.
LPKR memiliki kas dan setara kas akhir periode sebesar Rp 2,76 triliun di akhir Maret 2025, naik dari Rp 2,62 triliun di periode sama tahun lalu. “Ini mencerminkan pengelolaan kas yang efektif,” katanya.
Secara umum, pencapaian ini disebut John mencerminkan fokus LPKR pada pelaksanaan bisnis inti, kinerja operasional yang solid, manajemen biaya yang efisien, dan pengurangan hutang.
“Kami memulai tahun 2025 dengan positif, didukung oleh eksekusi yang terfokus, ketahanan operasional, dan disiplin finansial yang kuat,” ungkapnya.
Strategi LPKR adalah menyediakan hunian terjangkau untuk mendapatkan respons positif dari konsumen akhir, sementara upaya pengurangan utang mulai menunjukkan hasil nyata melalui penurunan biaya bunga.
“Kami tetap berkomitmen untuk memperluas akses terhadap hunian berkualitas bagi lebih banyak masyarakat Indonesia, sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan,” paparnya.
Baca Juga: Intra Golflink (GOLF) Rampungkan The Links Golf Villa & Renovasi Fasilitas di Bali
Selanjutnya: Sri Mulyani dan Menkeu Jepang Bahas Tantangan Tarif AS terhadap Sektor Otomotif
Menarik Dibaca: Sayuran yang Tidak Boleh Dikonsumsi Penderita Kolesterol, Apa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News