kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Loyo Hadapi Dolar AS, Rupiah Masih Bisa Perkasa Atas Sejumlah Mata Uang Ini


Kamis, 30 Juni 2022 / 20:33 WIB
Loyo Hadapi Dolar AS, Rupiah Masih Bisa Perkasa Atas Sejumlah Mata Uang Ini
ILUSTRASI. Meski melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), kinerja rupiah cukup baik menghadapi beberapa mata uang utama lain.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), kinerja rupiah cukup baik menghadapi beberapa mata uang utama lain hingga semester I 2022.

Melansir data Bloomberg, rupiah melemah terhadap dolar AS sepanjang kuartal I-2022 melemah sebesar 0,70% dan berlanjut melemah 3,76% di kuartal II-2022. Pada akhir Juni 2022, rupiah di tutup di level Rp 14.903 per dolar AS, melemah 4,49% secara year to date (ytd) dibandingkan akhir 2021 sebesar Rp 14.263 per dolar AS.

Rupiah juga melemah terhadap dolar Singapura.  Pada akhir Juni 2022, rupiah ditutup di level Rp 10.688 per dolar Singapura atau melemah 1,19% secara year to date dibandingkan akhir 2021 sebesar Rp 10.562 dolar Singapura.

Namun, rupiah menguat terhadap dolar Australia di semester I 2022. Di akhir Juni 2022, kurs rupiah tercatat Rp 10.212 per dolar Australia atau menguat 1,42% secara year to date dibandingkan akhir 2021 sebesar Rp 10.359 per dolar Australia.

Baca Juga: Dolar AS Masih Jadi Primadona, Rupiah Terperosok ke Rp 14.903 Per Dolar AS

Rupiah juga menguat terhadap terhadap euro. Kurs rupiah ditutup sebesar Rp 15.560 per euro atau menguat 3,57% secara return year to date hingga akhir Juni 2022.

Di semester I 2022, kurs rupiah juga menguat 6,06% ytd terhadap poundsterling ke level Rp 18.084 per poundsterling.

Pun atas yen Jepang, rupiah juga menguat 11,7% ytd ke Rp 109,4 per yen pada akhir Juni 2022.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, sejak perang di Eropa Timur meletus, telah membawa pengaruh pada harga barang dan jasa, terutama energi dan makanan.

"Urusan pandemi dan efek negatif yang telah memutus rantai distribusi untuk beberapa waktu lamanya belum pulih, sedangkan permintaan meningkat dan tak terpenuhi," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, kamis (30/6).

Menurut Sutopo, aspek ini menciptakan gelembung harga pada inflasi yang direspons bank sentral dengan kenaikan suku bunga yang agresif.

Dalam kelompok mata uang G-10, dolar AS masih menjadi yang perkasa. Sementara, yen menjadi pecundang karena kebijakan moneter yang bertolak belakang dengan bank sentral lainnya.

Sutopo mengatakan kenaikan suku bunga yang agresif dan intervensi verbal yang masif dari pejabat The Fed telah membawa penguatan pada dolar AS.

Kata Sutopo, ini mempengaruhi rupiah sehingga rupiah melemah bertahap terhadap dolar AS.

Sementara terhadap yen, kurs rupiah menguat lantaran kebijakan Bank of Japan (BOJ) yang kontradiktif dengan bank sentral lainnya.

Rupiah juga menguat terhadap dolar Australia, karena Aussie terbebani kekhawatiran pelambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Penurunan harga logam dan bijih besi turut membebani dolar Australia.

Sedangkan terhadap euro, kata Sutopo, rupiah menguat lantaran sentimen pertumbuhan ekonomi zona euro yang melambat dan inflasi yang tinggi serta sanksi pemutusan jalur gas oleh Rusia.

Baca Juga: Masih Dalam Bayang-bayang Dolar AS, Rupiah Diramal Lanjut Melemah pada Jumat (1/7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×