kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Loyo di Desember, Begini Prediksi IHSG pada Tahun 2023


Sabtu, 31 Desember 2022 / 18:59 WIB
Loyo di Desember, Begini Prediksi IHSG pada Tahun 2023
IHSG Melemah: Layar monitor perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (30/12/2022). Loyo di Desember, Begini Prediksi IHSG pada Tahun 2023.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli

Investment Analyst Infovesta Utama Fajar Dwi Alfian pun menyebut, tahun 2023 akan menjadi tahun yang penuh dengan tantangan, terutama di paruh pertama tahun depan.

"Namun setelah itu pasar saham berpotensi rebound, seiring dengan kebijakan bank sentral yang sudah tidak dovish dan melandainya inflasi," ucap dia, Jumat (30/12).

Equity Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian memproyeksi, pertumbuhan ekonomi akan relatif solid di 2023, didasari oleh fundamental makro ekonomi yang kuat. Meski begitu ia juga sepakat menyebut masih ada faktor risiko yang akan dihadapi IHSG.

Baca Juga: IHSG Naik 4% Tahun Ini, Kapitalisasi Pasar BEI Justru Melesat 15%

Salah satunya adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve yang masing mungkin lebih hawkish di 2023.

Menurut Rio, nada hawkish ini akan memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi, bahkan bisa memicu resesi ekonomi.

"Mempertimbangkan berbagai peluang dan tantangan yang mungkin dihadapi di 2023, maka IHSG berpotensi menguat ke 8.205 pada akhir tahun 2023," kata dia.

Sisi positifnya, menurut Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia, valuasi bursa saham Indonesia masih bisa bersaing.

Berdasarkan data Bloomberg, price earning ratio (PER) IHSG mencapai 13,14 kali. Ini artinya masih lebih murah ketimbang jawara bursa saham di Asia, yakni BSE Sensex, dengan PER 23,44 kali.

Baca Juga: Sejumlah Tantangan Ini Diprediksi Pengaruhi Pergerakan IHSG Tahun Depan

Liza menyebut, PER bursa saham di Indonesia yang lebih rendah memungkinkan potensi pertumbuhan lebih besar di tahun depan.

"Saya percaya pasar bursa Indonesia masih punya daya saing di 2023 mendatang, bukan dari komponen ekspor dan impor, tetapi belanja konsumen dan pemerintahan," kata dia.

Apalagi menurut Liza, sumber pertumbuhan ekonomi di Indonesia lebih banyak digenjot lewat belanja konsumen dan pemerintah.

"Pas kebetulan juga tahun depan masa kampanye pemilu presiden," ucap dia. Faktor lain yang menurut Liza bisa menjadi penggerak adalah dibukanya pembatasan alias lockdown akibat Covid-19 di China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×