kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Loyo di Desember, Begini Prediksi IHSG pada Tahun 2023


Sabtu, 31 Desember 2022 / 18:59 WIB
Loyo di Desember, Begini Prediksi IHSG pada Tahun 2023
IHSG Melemah: Layar monitor perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (30/12/2022). Loyo di Desember, Begini Prediksi IHSG pada Tahun 2023.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi menutup tahun 2022 dengan melemah tipis 0,14% ke 6.850,62, Jumat (30/12). Dus, sepanjang 2022, IHSG hanya naik 4,09%.

Nilai ini lebih rendah dari kinerja IHSG di tahun 2021 yang berhasil menguat 10,08%. Prestasi IHSG yang selalu sukses menghijau di bulan Desember, pada tahun 2022 ini juga terpatahkan.

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani mengakui pada 2022 pasar modal menghadapi ujian luar biasa. Negara maju mengalami pelemahan ekonomi dan ada konflik geopolitik, membuat distribusi terkunci.

Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing pada Perdagangan Akhir Tahun

"Kompleksitas ini menimbulkan dampak di pasar modal Indonesia secara langsung. Sementara sejumlah bank sentral justru memilih menaikkan suku bunga untuk tidak memperparah inflasi," ucap dia, Jumat (30/12).

Meski begitu, bursa saham Indonesia sejatinya sempat perkasa di tahun ini. IHSG berhasil menyentuh dua rekor baru. Pada 13 September 2022, IHSG mencapai all time high di 7.318,01.

Kapitalisasi pasar juga melonjak dan mencapai rekor tertingginya Rp 9.600 triliun pada 27 Desember 2022. Jumlah investor pasar modal juga naik 37,5% mencapai 10,30 juta.

Jika dibandingkan dengan bursa Asia lainnya pun performa IHSG juga tidak terlalu buruk. IHSG masih menjadi bursa dengan kinerja terbaik ketiga setelah indeks saham India, BSE Sensex, yang naik 4,82% dan indeks saham Singapura, Straits Times, yang naik 4,29%.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,73% dalam Sepekan, Bagaimana Proyeksinya untuk Minggu Depan?

Sri Mulyani juga sangat mengapresiasi IHSG yang sukses menghijau di akhir perdagangan tahun ini.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman berpendapat, kinerja IHSG di tahun depan masih bakal penuh tantangan. "Walaupun dunia akan menghadapi perfect storm di 2023, tapi saya akan tetap optimistis dan waspada," kata Iman.

Iman juga masih memasang kenaikan target rata-rata transaksi di tahun depan. Dia menyebut rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) bisa mencapai Rp 14,75 triliun. Angka ini naik 3,4% dari realisasi tahun ini sebesar Rp 14,7 triliun.

Kebijakan bank sentral

Investment Analyst Infovesta Utama Fajar Dwi Alfian pun menyebut, tahun 2023 akan menjadi tahun yang penuh dengan tantangan, terutama di paruh pertama tahun depan.

"Namun setelah itu pasar saham berpotensi rebound, seiring dengan kebijakan bank sentral yang sudah tidak dovish dan melandainya inflasi," ucap dia, Jumat (30/12).

Equity Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian memproyeksi, pertumbuhan ekonomi akan relatif solid di 2023, didasari oleh fundamental makro ekonomi yang kuat. Meski begitu ia juga sepakat menyebut masih ada faktor risiko yang akan dihadapi IHSG.

Baca Juga: IHSG Naik 4% Tahun Ini, Kapitalisasi Pasar BEI Justru Melesat 15%

Salah satunya adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve yang masing mungkin lebih hawkish di 2023.

Menurut Rio, nada hawkish ini akan memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi, bahkan bisa memicu resesi ekonomi.

"Mempertimbangkan berbagai peluang dan tantangan yang mungkin dihadapi di 2023, maka IHSG berpotensi menguat ke 8.205 pada akhir tahun 2023," kata dia.

Sisi positifnya, menurut Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia, valuasi bursa saham Indonesia masih bisa bersaing.

Berdasarkan data Bloomberg, price earning ratio (PER) IHSG mencapai 13,14 kali. Ini artinya masih lebih murah ketimbang jawara bursa saham di Asia, yakni BSE Sensex, dengan PER 23,44 kali.

Baca Juga: Sejumlah Tantangan Ini Diprediksi Pengaruhi Pergerakan IHSG Tahun Depan

Liza menyebut, PER bursa saham di Indonesia yang lebih rendah memungkinkan potensi pertumbuhan lebih besar di tahun depan.

"Saya percaya pasar bursa Indonesia masih punya daya saing di 2023 mendatang, bukan dari komponen ekspor dan impor, tetapi belanja konsumen dan pemerintahan," kata dia.

Apalagi menurut Liza, sumber pertumbuhan ekonomi di Indonesia lebih banyak digenjot lewat belanja konsumen dan pemerintah.

"Pas kebetulan juga tahun depan masa kampanye pemilu presiden," ucap dia. Faktor lain yang menurut Liza bisa menjadi penggerak adalah dibukanya pembatasan alias lockdown akibat Covid-19 di China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×