Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah melemah 0,57% ke level Rp 15.142,5 per dolar AS pada Jumat (7/7). Dalam sepekan, rupiah terkoreksi 0,50%
Analis melihat, data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) di akhir pekan lalu akan mempengaruhi rupiah di perdagangan Senin (10/7). Investor selanjutnya menanti rilis data laporan survei konsumen Indonesia untuk bulan Juni 2023.
Pengamat mata uang Lukman Leong mengatakan, rupiah dan mata uang Asia pada umumnya melemah terhadap dolar AS di tengah meningkatnya ekspektasi suku bunga the Fed. Kekhawatiran tersebut karena imbal hasil obligasi AS 2 tahun kembali menyentuh rekor tertinggi dalam 16 tahun.
“Hal itu dipicu oleh data pekerjaan ADP dan ISM service yang jauh lebih kuat dari perkiraan,” jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (9/7).
Baca Juga: Rupiah Melemah 0,50% Dalam Sepekan, Simak Proyeksinya Pekan Depan
Investor juga menantisipasi data Non Farm Payroll (NFP) yang baru akan diumumkan Jumat (7/7) malam. Setelah rilis, data ketenagakerjaan tersebut terpantau menambahkan 209 ribu pekerjaan pada Juni 2023, menyusul 306 ribu yang direvisi turun pada bulan Mei, dan di bawah perkiraan pasar 225 ribu.
Sementara dari internal, data cadangan devisa Indonesia yang menurun masih jadi sentimen yang menekan rupiah. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2023 sebesar US$ 137,5 miliar atau turun US$ 1,8 miliar dari US$ 139,3 miliar pada bulan sebelumnya.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rilis data NFP Amerika Serikat akan mengikuti data pada hari Kamis (6/7) yang menunjukkan gaji swasta melonjak bulan lalu. Sementara jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat cukup signifikan minggu lalu.
Hal itu membuat imbal hasil US Treasury meningkat karena taruhan telah tumbuh terhadap Fed yang harus menaikkan suku bunga lebih jauh untuk menjinakkan inflasi, meskipun dolar diperdagangkan dalam kisaran sempit karena pasar tetap waspada menjelang rilis daftar gaji.
Pembacaan hari Kamis melihat pasar mulai menilai peluang yang lebih besar untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Fed di tahun ini. Hampir 92% pelaku pasar memperkirakan untuk peluang kenaikan 25 basis poin pada akhir Juli.
Menurut Ibrahim, tekanan bagi rupiah akan berasal dari ekonomi global saat ini yang tengah mengalami masa sulit. Hal tersebut bisa terlihat dari pelambatan yang tajam dan tersinkronisasi.
Banyak pengamat yang menganggap bahwa perekonomian negara-negara di dunia 70% mengalami pertumbuhan yang lebih lemah tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa alasan yang menyebabkan perlambatan ekonomi, salah satunya kebijakan moneter yang ketat yang sudah terjadi selama 18 bulan terakhir.
“Selain itu, tantangan perbankan, kondisi kredit yang memburuk, serta perdagangan global yang melambat sangat tajam turut mempengaruhi penurunan ekonomi global,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Jumat (7/7).
Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah di perdagangan Senin (10/7) akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada rentang Rp 15.130 per dolar AS – Rp 15.210 per dolar AS.
Sementara, Lukman memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi menguat terbatas oleh koreksi pada dolar AS, setelah data NFP menunjukkan penambahan pekerjaan yang lebih rendah, namun upah meningkat lebih tinggi dari perkiraan.
Dari internal investor menantikan data indeks kepercayaan konsumen yang diperkirakan akan kurang lebih stabil. Lukman memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.000 per dolar AS – Rp 15.150 per dolar AS di hari Senin (10/7).
Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah Pekan Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News