kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lonsum belum tertarik bangun pabrik biodiesel


Rabu, 14 Mei 2014 / 18:30 WIB
Lonsum belum tertarik bangun pabrik biodiesel
ILUSTRASI. Harga tiket final Piala Dunia 2022 dalam rupiah, cari tahu berapa harga tiket yang dibeli Najwa Shihab hingga Erick Thohir


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Rencana Pemerintah untuk mengembangkan biofuel (biodiesel) dengan bahan baku dari kelapa sawit ternyata belum mampu memikat hati salah satu emiten perkebunan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

Sonny Lianto, Vice President Director I LSIP mengatakan, perseroan belum tertarik untuk mengembangkan maupun mengolah biodiesel dalam waktu dekat ini. "Belum ada rencana untuk membangun pabrik (refinery) untuk biodiesel," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (14/5).

Menurutnya, saat ini perseroan masih menjual sebagian besar produk minyak sawit (CPO) ke induk perusahaan, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). "Untuk saat ini, kita masih fokus untuk menjual ke SIMP," tambahnya. Di kuartal satu tahun 2014, LSIP menjual sekitar 83% dari total volume produksi CPO ke SIMP, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari sebesar 25%.

Sekadar info, banyak emiten perkebunan yang telah menanamkan investasi untuk pengembangan biodiesel, seperti PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Wilmar Nabati Indonesia.

Namun, keputusan untuk tidak mengembangkan biodiesel ini cukup positif bagi LSIP, sebab kinerja perseroan masih dapat terangkat dari kenaikan harga jual rata-rata CPO dan peningkatan volume produksi. Lonsum berhasil meningkatkan laba  bersih sebesar Rp 223,6 miliar, tumbuh 122,5% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu Rp 100,5 miliar. Sementara, pendapatan perseroan turut meningkat 40,3% menjadi Rp 1,28 triliun dari Rp 912,1 miliar.

Adapun, para produsen biodiesel, terutama mereka yang mengikuti tender dari Pertamina tengah mencemaskan kenaikan harga CPO saat ini , yang tidak dapat mendongkrak kenaikan harga jual biodiesel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×