Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Masa kerontokan keuntungan emiten perkebunan berlangsung sepanjang 2013 kemarin. Laba PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) pun merosot 30,7% dari Rp 1,11 triliun menjadi Rp 769,49 miliar. Laba per sahamnya pun melorot dari Rp 164 ke posisi Rp 113.
Padahal, penjualan LSIP cuma turun tipis 1,9% dari Rp 4,21 triliun menjadi Rp 4,13 triliun. Di situ, penjualan ke pihak ketiga naik 9,7% ke posisi Rp 2,25 triliun. Kemudian penjualan ke pihak berelasi malah turun 13% menjadi Rp 1,87 triliun.
Dus, total biaya perolehan kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan kelapa LSIP yakni Rp2,37 triliun. Namun setelah dikurangi amortisasi, nilai buku tanaman yang menghasilkannya menjadi Rp 1,63 triliun. Angka tersebut naik 2,5% dari nilai 2012 yaitu Rp 1,59 triliun.
Luas lahan tanaman menghasilkan LSIP tampak berkurang dari 90.593 hektare di akhir 2012 menjadi 90.399 hektar di penghujung tahun lalu. Lokasi lahan ini tersebar di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa, Sulawesi Utara. Nah, karena pelepasan lahan tersebut, LSIP pun mengalami kerugian tanaman menghasilkan senilai Rp 8,7 miliar.
Beban pokok penjualan anak usaha PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) ini tercatat naik 13,83% dari Rp 2,53 triliun ke posisi Rp 2,88 triliun. Kemudian, bagian atas rugi entitas asosiasi meroket 98,4% dari Rp 36,67 miliar ke posisi Rp 72,78 miliar.
Rasio utang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio (DER) LSIP tampak aman cuma 0,2 kali. Adapun, liabilitasnya naik 7% Rp 1,27 triliun menjadi Rp 1,36 triliun. Lalu ekuitasnya meningkat 6,4% dari Rp 6,27 triliun ke posisi Rp 6,61 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News