Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Secara umum, sumber pendanaan dalam pasar modal terdiri dari dua instrumen, yaitu obligasi dan ekuitas melalui penerbitan saham perdana alias initial public offering (IPO). Dari dua sumber dana itu, instrumen obligasi dinilai sebagai sumber dana yang pantas diandalkan.
Hal ini disampaikan oleh Marciano Herman, Direktur Utama Danareksa Sekuritas. Ia menilai, jika perseroan konservatif, maka obligasi menjadi sumber dana yang tepat. "Karena permintaan pasar obligasi cenderung tetap setiap tahunnya, Rp 30 triliun-Rp 40 triliun," ujar Marciano Herman, Direktur Utama Danareksa Sekuritas, (2/1).
Sedangkan untuk pasar saham, permintaannya sangat bergantung kondisi pasar yang sangat dipengaruhi kondisi global. Oleh sebab itulah, sekuritas pelat merah ini memilih bermain aman dengan melirik proyek penjaminan emisi obligasi di tahun Kuda ini.
Dari perkiraan permintaan di pasar obligasi tahun 2014 ini, manajemen menargetkan bisa mengambil porsi penjaminan emisi obligasi sebesar 20%. Artinya, tahun ini Danareksa Sekuritas menargetkan penjaminan emisi obligasi Rp 6 triliun-Rp 8 triliun.
Sebenarnya, lanjut Marciano, pihaknya tengah menangani lima proyek jasa penasihat keuangan (advisory). Lima advisory itu bisa saja berujung pada perhelatan initial public offering (IPO) sebagai sumber pendanaan perusahaan.
Namun, soal IPO lagi-lagi kembali ke melihat kondisi pasar. "Jika berbicara strategic listing, itu pasti ada. Tapi, sekali lagi, buat IPO itu sangat tergantung dengan kondisi pasar," tandas Marciano.
Selain kondisi pasar, faktor eksternal seperti kebijakan perusahaan dan dari sisi regulator juga ikut mempengaruhi IPO. Contoh saja, rencana IPO Blue Bird yang hingga saat ini belum jelas ending-nya seperti apa.
Untuk IPO itu, Danareksa Sekuritas fokus di satu proyek itu saja. Alhasil, sepanjang tahun lalu manajemen tak sempat mengejar proyek penjaminan emisi saham yang lainnya.
Kendati demikian, Marciano memastikan, jika proses IPO Blue Bird tinggal menunggu penyertaan efektif dari OJK saja. Dia berharap, sebelum Maret, prosesnya sudah usai, sehingga Blue Bird tak perlu mengubah pembukuan sebagai dasar valuasi. Seperti diketahui, Blue Bird menggunakan buku September untuk IPO.
Tidak ingin kecolongan seperti tahun lalu, manajemen juga mengejar proyek penjaminan emisi saham dengan nilai emisi sekitar Rp 2 triliun. "Tapi, itu ceteris paribus (kondisi external diasumsikan sama), ya, karena lagi-lagi ini soal permintaan," pungkas Marciano.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News