Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
INDF juga mencatatkan pertumbuhan laba double digit di tahun 2019 yaitu tumbuh 18,96%. Sedangkan TLKM dan ACES hingga kuartal-III 2019 mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 15,67% dan 4,27%. Secara CAGR periode 2014-2018, ACES mencatatkan pertumbuhan laba di kisaran 17,45% sedangkan TLKM di kisaran 13,7%.
Selain itu apabila dilihat dari price book value (PBV) BBCA yang saat ini hanya sebesar 3,93 kali dan berada di bawah rata-rata PBV selama lima tahun terakhir dapat dikatakan bahwa saham BBCA saat ini cukup murah.
Hal yang sama juga terjadi keempat saham lainnya di mana price earning ratio (PER) keempat saham tersebut saat ini berada di bawah rata-rata PER selama lima tahun terakhir. Sehingga dapat disimpulkan kelima saham tersebut cukup murah saat ini.
Adapun PER lima tahun terakhir ACES 24,42 kali sementara per hari ini PER ACES 22,7 kali. Rata-rata PER ICBP dalam lima tahun 27,26 kali sedangkan saat ini 24,59 kali. Rata-rata PER INDF dalam lima tahun 16,51 kali, saat ini 11,58 kali. Dan terakhir, rata-rata PER TLKM dalam lima tahun 20,06 kali sedangkan saat ini 15,6 kali.
Dari kelima saham tersebut yang banyak dilepas oleh asing (net foreign sell) di seluruh pasar adalah BBCA mencapai Rp 4,02 triliun. Sementara yang paling sedikit dilepas asing adalah INDF yaitu Rp 122,47 miliar.
Baca Juga: IHSG menguat 2,82% ke 4.838 pada akhir perdagangan hari ini
Liza merinci BBCA banyak dilepas asing lantaran Non-Performing Loan (NPL) terancam membengkak, adanya pemangkasan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) oleh beberapa emiten perbankan dan aksi profit taking. NPL terancam membengkak mengingat pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mengkaji relaksasi pengembalian kredit perbankan bagi UMKM.
Selain itu, banyak perusahaan yang terganggu dari sisi supply chain serta penurunan pendapatan yang signifikan. Kemudian aksi profit taking juga dialami oleh BBCA lantaran sudah mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu 28,56% sepanjang 2019.
Sementara itu INDF paling sedikit dilego lantaran investor menilai INDF dapat lebih stabil dan tahan terhadap tekanan virus corona saat ini. Apalagi, di tengah ketidakpastian ini masyarakat justru membeli lebih banyak kebutuhan primer, seperti produk mie instan.
Permintaan yang tinggi akan produk INDF akan meningkatkan revenue perusahaan. Oleh karena itu, asing masih punya kepercayaan untuk saham-saham defensif seperti INDF yang permintaan produknya semakin meningkat di pasar, bahkan apabila penyebaran virus corona semakin memburuk ataupun terjadi lockdown.
"Adanya sentimen seperti virus corona saat ini menjadikan saham-saham defensif ini sangat cocok untuk dibeli. Panic selling di bursa yang terjadi bisa jadi momentum untuk membeli saham-saham defensif ini yang cenderung murah," ujarnya.
Liza menyarankan buy on break Rp 1.320 saham ACES dengan target harga Rp 1.440 - Rp 1.460. Kemudian buy on weakness sekitar Rp 10.000 untuk saham ICBP dengan target harga Rp 10.700 hingga target berikutnya Rp 11.300. Untuk INDF juga disarankan buy on weakness di kisaran Rp 6.350 - Rp 6.000 dengan target harga terdekat Rp 6.800 dan target selanjutnya Rp 7.000 - Rp 7.150.
Liza juga menyarankan buy on break saham TLKM apabila mampu ditutup di atas Rp 3.230. Adapun target harga terdekat Rp 3.500 dan target berikutnya Rp 3.700 - Rp 3.800. Sementara untuk BBCA disarankan untuk speculative buy di level Rp 27.600 dengan target harga Rp 28.500 - Rp 29.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News