Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA, anggota indeks Kompas100) untuk melikuidasi aset di China dan fokus pada pengembangan bisnis di Tanah Air bisa menjadi sentimen positif bagi kinerja emiten ke depan. Selain itu, upaya joint venture juga perlu digalakkan demi mendorong pendapatan emiten serta memenuhi konsumen.
Terbaru, AKRA diketahui melikuidasi anak usahanya di China untuk lebih fokus pada pengembangan bisnis di Tanah Air. Anak usaha tersebut yakni AKR Guangxi Coal Trading Co., Ltd. sekaligus menandakan bahwa seluruh aset perseroan yang ada di China sudah tidak ada lagi.
Baca Juga: Indeks di BEI masih loyo, simak rekomendasi analis berikut
Dengan begitu, tercatat lima perusahaan yang sudah ditutup AKRA di China, di mana tiga perusahaan untuk pelabuhan, satu manufaktur dan satu lagi merupakan perusahaan coal trading yakni Guangxi.
"Saat AKRA sudah tidak fokus kembangkan bisnis di China, maka pengembangan bisnis di Tanah Air harus bisa dilakukan, khususnya untuk pembangunan smelter dalam rangka hilirisasi. Dengan begitu likuidasi bisa memberi nilai positif," kata Analis Binaartha Sekuritas Mohammad Nafan Aji kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10).
Sebagaimana diketahui, AKRA merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri logistik dan supply chain bahan kimia dan energi. Sehingga, upaya emiten untuk fokus pada bisnis utamanya yakni distribusi BBM industri, tepatnya ritel SPBU, industri bahan kimia dasar dan logistik mampu jadi penyokong kinerja fundamental emiten ke depan.
Saat ini, AKRA juga akan mengembangkan joint venture bersama British Petroleum (BP). Kerja sama tersebut merupakan bagian dari kerja sama bisnis Bahan Bakar Minyak (BBM) ritel.
Baca Juga: Terus ekspansi, rasio utang Tower Bersama Infrastructure (TBIG) masih sehat
AKRA juga berniat menambah jumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hingga 20 SPBU sepanjang 2019, dan sampai saat ini sudah dibangun 10 SPBU baru di Jabodetabek, Surabaya dan Jawa Barat. Ada lagi, AKRA juga menargetkan untuk bisa memiliki 350 pompa bensin di 2028 melalui sistem joint venture.
"Menurut kami, melakukan kerjasama dengan bisnis partner termasuk lewat joint venture bisa menjadi program menarik dan sekaligus bisa menawarkan promo-promo. Menjaga konsumen adalah kunci saat ini," ungkap Nafan.
Asal tahu saja, sampai saat ini kontributor pendapatan terbesar AKRA berasal dari bisnis distribusi BBM atau sekitar 70%, diikuti bisnis bahan kimia dasar sekitar 15% dan bisnis logistik menyumbang 5% terhadap pendapatan emiten.
Selain itu, AKRA juga memiliki lini usaha kluster di mega proyek Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang dibangunnya bersama Pelindo III dan resmi disewa oleh PT Freeport Indonesia. Proyek yang dibangun dalam beberapa tahapan tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan berulang (recurring income) untuk emiten sebesar 15% hingga 20% secara konsolidasi.
Baca Juga: PGAS bangun infrastruktur gas alam terkompresi di Kawasan Industri Tambak Aji
Ke depan, Nafan menilai terdapat beberapa tantangan yang masih perlu dihadapi AKRA, seperti persaingan yang ketat dengan Pertamina, Shell dan perusahaan distributor BBM lainnya. Selain itu, volume distribusi juga dirasa perlu ditingkatkan untuk mendorong pendapatan emiten tetap bertumbuh.
Sehingga, percepatan joint venture dengan Pelindo dan kerjasama lainnya di sektor logistik perlu dipercepat dan dikembangkan. Nafan juga berharap pembangunan smelter bisa segera dilakukan.
Untuk itu, dia merekomendasikan akumulasi beli untuk saham AKRA dengan target harga terdekat Rp 4.200 hingga Rp 4.440 per saham. Sedangkan untuk tahun depan, harga diperkirakan bisa melaju ke Rp 4.730 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News