CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Terus ekspansi, rasio utang Tower Bersama Infrastructure (TBIG) masih sehat


Kamis, 03 Oktober 2019 / 19:54 WIB
Terus ekspansi, rasio utang Tower Bersama Infrastructure (TBIG) masih sehat
ILUSTRASI. Menara telekomunikasi milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastucture Tbk (TBIG) mencatatkan rasio utang yang masih tergolong sehat. Sekadar informasi, untuk menghitung rasio utang perusahaan menara telekomunikasi biasanya menggunakan perbandingan pinjaman bersih terhadap EBITDA (net debt to EBITDA).

Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastucture Tbk Helmy Yusman Santoso mengatakan, per Juni 2019, pinjaman bersih terhadap EBITDA TBIG adalah sebesar 5,2 kali. "Masih dalam kondisi sehat. Perusahaan menara di Amerika Serikat sampai 8 kali juga masih sehat semua," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (3/10).

Sementara itu, menurut Analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi batas level pinjaman bersih terhadap EBITDA emiten menara telekomunikasi adalah 6,5 kali. "Di atas 6,5 kali sudah tidak sehat. Tidak bisa dapat pendanaan lagi, terutama dari bank" kata Yosua.

Oleh karena itu, menurut dia, rasio utang TBIG belum berada dalam level gawat. Meskipun begitu, ekspansi TBIG tidak bisa banyak karena sumber pendanaan yang terbatas. "Kecuali mau nambah modal," ucap dia.

Baca Juga: Transaksi saham Tower Bersama (TBIG) menyumbang net buy Rp 1,3 triliun

Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Helmy bahwa perusahaannya akan fokus ekspansi dengan tetap menjaga rasio utang pada level konservatif. Salah satu caranya adalah dengan refinancing.

Sebagai contoh, pada bulan Juli 2019, TBIG melunasi lebih awal pinjaman Fasilitas A sebesar US$ 400 juta dengan Fasilitas
Pinjaman Revolving sebesar US$ 375 juta yang memiliki tenor lima tahun enam bulan.

Dalam keterangan resmi tanggal 21 Agustus 2019, Helmy mengklaim, fasilitas pinjaman revolving baru US$ 375 juta ini adalah fasilitas dengan biaya terendah dan jangka waktu jatuh tempo yang paling lama yang TBIG dapatkan sampai saat ini.

"Kami mengumumkan transaksi terakhir ini memperpanjang jangka waktu rata-rata utang kami. Kami terus mempertahankan strategi lindung nilai yang hati-hati dengan menggunakan instrumen lindung nilai derivatif sesuai dengan jangka waktu pinjaman tersebut,” ungkap Helmy.

Ia menambahkan, perusahaannya masih terus memiliki ruang untuk menggunakan pinjaman tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan oleh fasilitas bank dan surat utang. "Hal ini memungkinkan kami untuk tumbuh secara organik dan anorganik, sambil melunasi kewajiban yang timbul atas pinjaman kami," ucap dia.

Baca Juga: Laba Bersih Emiten Menara Diprediksi Masih Turun, Ini Rekomendasi Sahamnya

Berdasarkan pemberitaan Kontan.co.id tanggal 23 September 2019, TBIG berencana menerbitkan surat utang global sebanyak-banyaknya US$ 650 juta. Perusahaan ini akan meminta persetujuan dari pemegang saham pada 30 Oktober 2019. Pinjaman ini akan digunakan untuk membayar sebagian kewajiban TBIG dan untuk mendanai ekspansi usaha.

Sepanjang tahun ini, TBIG membidik penambahan tenant sebanyak 3.000, terdiri dari 1.000 menara baru dan 2.000 kolokasi (penyewaan menara). Sebagian besar pembangunan menara baru dan kolokasi ini berada di luar Pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×