Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
Asal tahu saja, sampai saat ini kontributor pendapatan terbesar AKRA berasal dari bisnis distribusi BBM atau sekitar 70%, diikuti bisnis bahan kimia dasar sekitar 15% dan bisnis logistik menyumbang 5% terhadap pendapatan emiten.
Selain itu, AKRA juga memiliki lini usaha kluster di mega proyek Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang dibangunnya bersama Pelindo III dan resmi disewa oleh PT Freeport Indonesia. Proyek yang dibangun dalam beberapa tahapan tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan berulang (recurring income) untuk emiten sebesar 15% hingga 20% secara konsolidasi.
Baca Juga: PGAS bangun infrastruktur gas alam terkompresi di Kawasan Industri Tambak Aji
Ke depan, Nafan menilai terdapat beberapa tantangan yang masih perlu dihadapi AKRA, seperti persaingan yang ketat dengan Pertamina, Shell dan perusahaan distributor BBM lainnya. Selain itu, volume distribusi juga dirasa perlu ditingkatkan untuk mendorong pendapatan emiten tetap bertumbuh.
Sehingga, percepatan joint venture dengan Pelindo dan kerjasama lainnya di sektor logistik perlu dipercepat dan dikembangkan. Nafan juga berharap pembangunan smelter bisa segera dilakukan.
Untuk itu, dia merekomendasikan akumulasi beli untuk saham AKRA dengan target harga terdekat Rp 4.200 hingga Rp 4.440 per saham. Sedangkan untuk tahun depan, harga diperkirakan bisa melaju ke Rp 4.730 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News