Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Utang Negara (SUN) perdana di tahun ini sukses. Penawaran yang masuk dalam lelang hari ini mencapai Rp 81,45 triliun dan pemerintah menyerap Rp 20 triliun.
Berdasarkan rilis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJJPR), bid to cover ratio yang masuk dalam lelang kali ini sebanyak empat kali lipat. Ini menjadi cerminan minat investor yang tinggi pada surat berharga negara (SBN) di 2020.
Baca Juga: Penawaran masuk Rp 81 triliun, pemerintah serap Rp 20 triliun pada lelang SUN perdana
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan, penawaran masuk yang mencapai Rp 81 triliun sangat positif bagi pasar keuangan dalam negeri. Apalagi, capaian tersebut berhasil digaet pada pada lelang pertama.
"Saya melihat, ini dikarenakan perilaku front loading kedua belah pihak, baik Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai penerbit dan investor selaku pembeli," kata dia, Selasa (7/1).
Fikri menjelaskan, rilis SBN bruto dan net issuance yang lebih rendah oleh Kemenkeu dibandingkan 2019, dikarenakan masih adanya kemungkinan penurunan yield. Hal tersebut diyakini membuat Kemenkeu lebih selektif dalam menyerap lelang SBN di tahun ini.
Baca Juga: Lelang SUN sukses, rupiah perkasa dihadapan dolar AS
Sementara itu bagi investor, yield SUN saat ini dipandang masih sangat baik, terlebih kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung stabil. Alhasil, investor akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk berperilaku rasional opportunistic. Tak heran, jika investor pun memburu SUN tenor pendek dan tenor menengah.
Ke depan, Fikri melihat, ada beberapa sentimen baik dari global maupun domestik yang mempengaruhi pasar obligasi Indonesia. Seperti, sentimen perang dagang Amerika Serikat dan China, meningkatnya tensi geopolitik antara AS dengan Iran serta kenaikan harga minyak global.
Dari dalam negeri, pelaku pasar pun memperhatikan spread yield yang tercipta antara SUN dengan US Treasury. Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga akan menjadi faktor penentu prospek lelang SUN di sepanjang 2020.
Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan prospek SUN ke depan terpengaruh sentimen dari negara berkembang lainnya dan kondisi politik regional. Ada juga terkait pengelolaan neraca dagang, defisit transaksi berjalan (CAD), tata kelola bencana serta progres proyek pemindahan ibukota.
Fikri optimistis lelang SUN ke depan masih akan sangat menarik, terutama karena BI cenderung mengambil kebijakan dovish dan akomodatif di 2020. Prediksinya, ke depan yield SUN tenor 5 tahun akan beranjak dari level 6,3% ke level yang lebih rendah di akhir Januari. Sedangkan untuk yield SUN tenor 10 tahun ada di kisaran 7% - 7,1% di pada akhir Januari 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News