Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terlepas dari berbagai sentimen di pasar obligasi, minat investor terhadap pelaksanaan lelang Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang kuartal I-2018 tergolong tinggi. Pemerintah mampu menyerap dana hasil lelang SBN lebih banyak dari target.
Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, nilai penerbitan SBN melalui lelang pada kuartal I tahun ini mencapai Rp 210,97 triliun. Angka ini lebih tinggi Rp 16,47 triliun dari target penerbitan sebesar Rp 194,50 triliun.
Jumlah penerbitan SBN melalui lelang pada kuartal pertama 2018 juga meningkat sebesar Rp 48,4 triliun dari pencapaian pada kuartal pertama tahun lalu yaitu Rp 162,57 triliun. Adapun, target penerbitan SBN pada kuartal I-2017 sebesar Rp 155 triliun.
Target penerbitan lelang SBN yang naik turut andil terhadap tingginya realisasi penerbitan lelang SBN sepanjang kuartal pertama lalu. Meski begitu, analis Obligasi BNI Sekuritas, Ariawan menilai, tingginya minat investor juga berperan besar terhadap nilai realisasi penerbitan SBN melalui lelang. “Antusiasme investor terhadap lelang sangat tinggi, terutama bulan Januari,” ujarnya, Senin (2/4).
Menurutnya, hal ini didukung oleh likuiditas di pasar sekunder yang meningkat pada awal tahun. Pasalnya, banyak investor yang menjadikan awal tahun sebagai waktu untuk memperbarui isi portofolio obligasi.
Di samping itu, tak dapat dipungkiri bahwa sepanjang Januari lalu, sentimen negatif dari luar negeri tergolong minim. Sebaliknya, Indonesia tengah diguyur sejumlah sentimen positif, salah satunya efek kenaikan peringkat utang dari Fitch Ratings.
Tak ayal, lelang SBN yang berlangsung sepanjang Januari sangat laris. Ambil contoh, penawaran yang masuk pada lelang Surat Utang Negara (SUN) pertama pada 2018 yang mencapai Rp 86,2 triliun. Pemerintah mampu menyerap dana hingga target maksimalnya sebesar Rp 25,5 triliun.
Namun, analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menilai, sentimen eksternal seperti kenaikan Fed Fund Rate hingga efek perang dagang antara Amerika Serikat dan China mempengaruhi minat investor terhadap lelang SBN. Alhasil, nilai penerbitan SBN sepanjang Februari dan Maret cenderung menurun.
Untungnya, kondisi ekonomi dalam negeri masih tergolong stabil di tengah gejolak pasar obligasi. Karenanya, walaupun ada penurunan, minat investor terhadap lelang SBN sebenarnya masih berada di level yang tinggi. Made menyebut, rata-rata nilai penawaran yang masuk pada lelang SUN dan sukuk pada periode Februari dan Maret berkisar Rp 53,5 triliun.
Justru, gejolak di pasar obligasi menjadi kesempatan bagi investor lokal untuk lebih mendominasi lelang SBN di saat investor asing banyak yang melakukan aksi jual. “Beberapa waktu terakhir, lelang SBN banyak diikuti oleh investor perbankan dan asuransi,” kata Made.
Selain itu, tren kenaikan imbal hasil US Treasury yang membuat imbal hasil SUN ikut naik, tidak terlalu mempengaruhi antusiasme investor pada lelang SBN sepanjang kuartal pertama lalu. Sebab, imbal hasil SUN kini menjadi lebih menarik bagi para investor.
“Konsekuensinya, imbal hasil yang diminta investor ketika lelang menjadi lebih tinggi dari yang ditawarkan pemerintah karena mengikuti tren global,” ungkap Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News