kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Lebih baik bercerai saja dari pada terus berkelahi


Jumat, 19 Oktober 2012 / 11:02 WIB
Lebih baik bercerai saja dari pada terus berkelahi
ILUSTRASI. Simak cara mengisi token listrik melalui m-banking dan ATM BCA di sini. KONTAN/Carolus Agus Waluyo/02/07/2021.


Reporter: Dessy Rosalina, Harris Hadinata | Editor: Imanuel Alexander

Perseteruan antara grup Bakrie dan Nathaniel Rothschild kian memanas. Kamis lalu (11/10), Bumi Plc mengumumkan bahwa Grup Bakrie telah memberi penawaran untuk mengambil alih kembali saham Bumi Resources. Efektifkah langkah ini?

Surat dengan kop bertuliskan Long Haul Holdings Ltd dan ditujukan kepada para direktur independen Bumi Plc menjadi penanda babak baru perseteruan grup Bakrie dan Nathaniel Rothschild. Melalui surat tersebut, Grup Bakrie menjatuhkan talak atas kerjasama dengan konglomerat asal Inggris tersebut, terkait kerjasama mereka di Bumi Plc.

Lewat surat tertanggal 10 Oktober 2012 tersebut, PT Bakrie & Brothers Tbk bersama Long Haul (Grup Bakrie) menyatakan niatnya meminta kembali saham PT Bumi Resources Tbk. Untuk mendapatkan kembali saham emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode BUMI tersebut, Grup Bakrie siap melepas kepemilikan saham di Bumi Plc.

Begini detail transaksinya. Grup Bakrie akan menukar 23,8% saham Bumi Plc yang dimilikinya dengan 10,3% saham BUMI yang di tangan Bumi Plc. Valuasi untuk pertukaran tersebut didasarkan pada harga penutupan saham Bumi Plc dan BUMI pada perdagangan Senin, 8 Oktober 2012.

Pada saat itu, harga saham Bumi Plc ditutup di level £ 1,65 per saham. Sementara saham BUMI saat itu dilego Rp 680 per saham. Pihak Bakrie lantas mengonversi harga kedua saham tersebut ke dalam dollar AS.

Grup Bakrie menetapkan kurs dollar AS sebesar £ 0,624 dan Rp 9,591. Dengan demikian, nilai transaksi pertukaran kedua saham tersebut mencapai US$ 151,51 juta. Pihak Bakrie berharap transaksi pertukaran ini bisa direalisasikan segera setelah perjanjian pertukaran saham ditandatangani.

Di samping itu, Grup Bakrie juga mengajukan proposal tambahan untuk mengakuisisi 18,9% saham BUMI yang tersisa di kantong Bumi Plc. Grup Bakrie berniat membeli sisa saham itu secara tunai. Menggunakan valuasi yang sama, nilai pembelian sisa saham BUMI ini sekitar US$ 278,26 juta. Pembelian ini akan dilakukan sebelum Natal.

Bukan cuma itu. Grup Bakrie juga membuat penawaran untuk membeli saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Grup Bakrie menawar 84,7% saham BRAU dari Bumi Plc seharga US$ 946,59 juta. Nilai tersebut setara dengan nilai pembelian BRAU oleh Bumi Plc di akhir 2010 silam.

Untuk memuluskan pembelian ini, Grup Bakrie siap memberikan uang muka sebagai jaminan sebesar US$ 47,33 juta. Kelompok konglomerasi ini siap memberikan uang jaminan itu dalam waktu empat bulan hingga enam bulan usai penandatanganan kesepakatan.

“Penawaran ini diperkirakan akan memberikan cash sekitar US$ 1,2 miliar ke perusahaan,” tutur pihak grup Bakrie dalam surat yang ditandatangani Direktur Long Haul Holdings Omar Luthfi Anwar tersebut.

Dalam surat tersebut, Grup Bakrie juga meminta para pendiri Bumi Plc mengembalikan 16,06 juta saham bonus yang diberikan perseroan ini atas keberhasilan akuisisi BUMI dan BRAU. Grup Bakrie memandang saham tersebut harus dikembalikan lantaran bila proposal penukaran dan akuisisi saham diterima, transaksi BUMI dan BRAU yang terjadi pada 2010 silam tidak berlaku.

Bakrie merasa rugi

Penawaran Grup Bakrie ini termasuk poin yang dibicarakan petinggi Bumi Plc pada pertemuan di Singapura, Kamis (11/10). Ada dua alasan yang membuat Grup Bakrie memilih meninggalkan Bumi Plc. Pertama, pihak Bakrie merasa rugi, lantaran sejak memiliki Bumi Plc, nilai asetnya justru terus merosot.

Hal ini terjadi seiring dengan penurunan harga saham Bumi Plc di bursa London. Sekadar mengingatkan, Grup Bakrie sempat terancam default lantaran harga saham Bumi Plc yang dijadikan jaminan utang ke kreditur merosot.

Alasan kedua, pihak Bakrie mengakui kongsi bisnis dengan Nathaniel Rothschild tidak berjalan mulus. Pihak Bakrie justru merasa dirugikan dengan manuver Rothschild. “Sudah dua kali Rothschild melakukan tindakan yang merugikan Bumi Plc dan Grup Bakrie,” tutur Christopher Fong, Vice President Bakrie Group.

Permintaan Grup Bakrie mengambil kembali saham BUMI dari Bumi Plc ini menjadi semacam serangan balik pada Nathaniel Rothschild. Seperti diketahui, sebelumnya direksi Bumi Plc mengumumkan Bumi Plc akan melakukan penyelidikan atas dugaan penyelewengan finansial yang terjadi di Bumi Tbk dan Berau Coal.

Dugaan penyelewengan ini sempat menjatuhkan harga saham-saham yang terafiliasi grup Bakrie di BEI. Harga saham Bumi Plc di bursa London pun ikut melorot tajam.

Manajemen Bumi Plc menegaskan akan mempertimbangkan penawaran yang diajukan Grup Bakrie tersebut. “Dewan Direksi mempertimbangkan penawaran pertukaran saham dan akan membuat rekomendasi bagi pemegang saham,” tulis manajemen Bumi Plc dalam keterbukaan informasi ke London Stock Exchange.

Pihak Nathaniel Rothschild masih enggan mengomentari manuver Grup Bakrie tersebut. Reuters melaporkan, Nat memilih menunggu hingga investigasi atas dugaan penyelewengan finansial di Bumi Resources dan Berau Coal tuntas, sebelum memikirkan langkah menghadapi penawaran Bakrie itu.

Meski begitu, Nat menilai hengkangnya Bakrie dari Bumi Plc tidak akan menyelesaikan masalah. Pasalnya, sebagian saham Bumi Plc tetap akan dimiliki oleh pihak yang dekat dengan Bakrie. Namun, ia tidak menyebut dengan tegas, apakah pihak yang dimaksud Samin Tan atau bukan.

Yang jelas, bila Grup Bakrie berhasil mengambil alih saham BUMI dan BRAU, Bumi Plc akan menjadi perusahaan ompong. Maklumlah, pemasukan perusahaan yang dulu bernama Vallar Plc datang dari anak-anak usahanya tersebut.

Masih jadi misteri bagaimana Grup Bakrie bakal membiayai transaksi ini. Apalagi utang kelompok usaha Bakrie masih besar. Ambil contoh utang Bakrie & Brothers. Berdasarkan laporan keuangan semester satu 2012, perusahaan ini masih memiliki kewajiban Rp 10,02 triliun. Pihak BNBR masih enggan buka-bukaan. “Saya tidak bisa berkomentar,” elak Eddy Suparno, Direktur BNBR.

Karena sumber dana masih tidak jelas, para analis menyarankan agar investor yang ingin mengoleksi saham yang terafiliasi kelompok Bakrie tetap berhati-hati. Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman menilai, investor perlu memperhatikan kemampuan kelompok Bakrie membiayai transaksi ini.

Selain itu, analis AM Capital Janson Nasrial menilai, langkah Grup Bakrie mengambil alih kembali Bumi Resources tidak tepat. Ia menilai manuver Grup Bakrie ini sia-sia dan tidak memberi nilai tambah pada kinerja Bumi Resources. “Sebenarnya yang paling penting dilakukan adalah membayar utang secepatnya, daripada buang duit untuk buyback,” serunya.

Menurut analisis Janson, aksi Grup Bakrie ini hanya akan menimbulkan sentimen sesaat. Memang harga saham BUMI dan BRAU melejit pada perdagangan Kamis (11/10). Harga BUMI naik 5,88% jadi Rp 720, sementara saham BRAU naik 34,23% jadi Rp 200. Tapi, investor sebaiknya jangan keburu nafsu mengoleksi saham yang terafiliasi Bakrie.
Wah, makin seru saja, ya!

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 03 - XVII, 2012 Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×