Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen baja karbon rendah yang disepuh timah (tinplate) PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) berani menargetkan pendapatan dan laba mampu tumbuh 7% hingga 10% di tahun depan.
Direktur Utama Latinusa Ardhiman Trikaryawan Akanda menyatakan kinerja Latinusa ditopang oleh stabilnya kurs rupiah. "Di akhir tahun ini, bila tidak ada volatilitas rupiah yang besar, semoga bisa ditutup lebih baik dari perolehan di kuartal ketiga 2019," kata Adhiman saat paparan publik insidentil di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (18/12).
Meski demikian, Ardhiman belum bisa membuka persentase pertumbuhan di akhir tahun ini. Dia hanya memastikan pendapatan dan laba bisa tetap bertahan positif.
Baca Juga: Saham Pelat Timah Nusantara (NIKL) bisa ditransaksikan lagi pada Senin (16/12)
Asal tahu saja, di periode kuartal ketiga tahun ini Latinusa mampu mencetak cuan sebesar US$ 1,85 juta dari periode yang sama di tahun sebelumnya merugi US$ 3,20 juta. Ardhiman menjelaskan laba yang mampu diraih ini ditopang oleh rugi selisih kurs yang turun.
Di kuartal ketiga 2018, kerugian selisih kurs neto yang tercatat sebesar US$ 3,44 juta. Adapun di hingga kuartal ketiga tahun lalu, rugi selisih kurs bersih Latinusa hanya menjadi US$ 369.607.
"Di 2018 Latinusa menghadapi depresiasi kurs cukup besar hampir 13% hingga Oktober 2018. Kala itu, posisi rupiah terhadap dolar sempat di atas Rp 15.000," kata Direktur Keuangan (Direktur Independen) Latinusa Jentrinaldi.
Jetrinaldi mengungkapkan, bisnis NIKL memang sangat sensitif terhadap pergerakan karena bahan baku masih lebih banyak impor. Selain itu, bisa dibilang Latinusa sebagai satu-satunya produsen domestik yang menjual tinplate ke dalam negeri. "Rugi tahun 2018 yang tercatat hingga US$ 3 juta lebih, bisa diperbaiki di tahun ini karena kurs relatif stabil dan sedikit menguat. Makanya bisa lebih positif," papar dia.
Baca Juga: Tumpang tindih kebijakan impor bahan baku baja lapis timah hambat produsen kaleng
Pendapatan neto Latinusa naik tipis 0,26% year on year (yoy) menjadi US$ 123,79 juta pada sembilan bulan pertama tahun ini. Segmen yang memberikan kontribusi paling besar dari coil sebesar US$ 67,92 juta.
Kendati naik, NIKL mencatatkan volume penjualan yang turun sedikit dibanding kuartal III 2018. Segmen susu dan dan makanan yang menjadi andalan Latinusa tercatat turun.
Volume penjualan segmen susu di periode yang sama di tahun sebelumnya berkontribusi 28,86% dan di tahun ini hanya 25,51%. Begitu juga dengan segmen makanan yang porsi volume penjualannya turun dari sebelumnya 21,26% di kuartal III 2018 menjadi 16,66% di akhir September.
Baca Juga: Meski bukukan laba, analis sarankan wait and see saham NIKL, ini alasannya
Hingga September 2019, Jetrinaldi menyatakan Latinusa sudah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar 40% dari US$ 3,3 juta. Adapun sisa capex yang belum terserap akan dilanjutkan ke tahun depan.
Nah di 2020 nanti, Ardhiman menargetkan bottom line dan top line Latinusa bisa tumbuh 7% hingga 10%. Katalis positif di tahun depan adalah stabilitas ekonomi dan segmen yang akan disasar lebih banyak ke sektor consumer goods atau berkaitan dengan industri makanan.
Ardhiman yakin dengan perhelatan politik yang sudah selesai, ekonomi di tahun depan menjadi lebih stabil. Dia bilang mestinya konsumsi menjadi positif. "Apalagi anggaran pemerintah dalam APBN di tahun depan juga lebih baik sehingga konsumsi bisa lebih terdorong lagi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News