kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Langkah rupiah tergolong berat di kuartal kedua


Rabu, 08 Mei 2019 / 20:24 WIB
Langkah rupiah tergolong berat di kuartal kedua


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan rupiah kembali terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini dipicu oleh kombinasi sentimen eksternal maupun internal.

Mengutip Bloomberg, Rabu (8/5) ini rupiah terkoreksi 0,11% ke level Rp 14.295 per dollar AS. Sepanjang kuartal kedua berjalan, kurs spot rupiah telah terdepresiasi sebesar 0,36%.

Ekonom Bank Central Asia David Sumual menyampaikan, tren pelemahan rupiah mulai terjadi sejak akhir April lalu. Saat itu, pergerakan rupiah terganggu oleh sentimen kenaikan harga minyak dunia akibat sanksi larangan ekspor minyak Iran yang diberikan oleh AS. Hal ini membebani mata uang negara-negara yang menjadi pengimpor minyak, termasuk Indonesia.

Namun, saat ini fokus para pelaku pasar tertuju pada mencuatnya lagi perang dagang antara AS dan China. Ini mengingat Presiden Donald Trump telah memberikan ancaman akan menaikkan tarif impor produk China sebesar 25% atau US$ 325 miliar pada Jumat mendatang.

“Memanasnya perang dagang tentu membuat mata uang negara-negara emerging market tertekan,” katanya, Rabu (8/5).

Dia menambahkan, walau efeknya tidak sebesar sentimen eksternal, kehadiran musim dividen di kuartal kedua juga memicu pelemahan rupiah. Sebab, sebagian investor membawa dana hasil dividen tersebut ke luar negeri sehingga otomatis permintaan terhadap dollar AS meningkat.

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menambahkan, pelaksanaan pemilu di bulan lalu juga belum memberi efek positif bagi pergerakan rupiah di pasar.

Pasalnya, saat ini masih terjadi saling klaim kemenangan antar pasangan capres-cawapres. Alhasil, sebagian investor asing masih ragu-ragu untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia usai pemilu.

Selain itu, data-data ekonomi domestik yang telah dirilis juga belum mampu mengangkat mata uang garuda. Misalnya, data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 yang kurang sesuai ekspektasi pelaku pasar lantaran hanya tumbuh 5,07% (yoy). Begitu pula dengan data cadangan devisa bulan April yang berkurang menjadi US$ 124,3 miliar.

Sejauh ini, baru data indeks keyakinan konsumen dan data penjualan eceran saja yang memperlihatkan hasil positif. “Namun, pengaruh data tersebut tergolong minim terhadap pergerakan rupiah,” imbuh Yudi.

Peluang rupiah untuk bangkit masih sulit terwujud dalam waktu dekat. Pergerakan rupiah pun masih sangat bergantung pada perkembangan kisruh perang dagang antara AS dan China.

Namun menurut Yudi, rupiah bisa kembali bangkit dengan catatan data neraca dagang dan data transaksi berjalan yang akan dirilis dalam waktu dekat membuahkan hasil positif.

Tak hanya itu, rupiah juga berpotensi mendapat momentum untuk rebound saat proses penghitungan suara pilpres dari KPU usai pada 22 Mei mendatang.

Sebab, ketika hasil pilpres yang sesungguhnya telah diketahui, para investor tak lagi merasa gamang. “Inflow ke pasar modal akan meningkat sehingga berdampak positif bagi rupiah,” tandasnya.

Yudi pun memproyeksikan rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 13.850—Rp 14.550 per dollar AS di sisa kuartal kedua tahun ini.

Di waktu yang sama, David memprediksi rupiah akan berada di rentang Rp 14.100—Rp 14.400 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×