kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Laju bisnis emiten semen melambat di tahun ini


Senin, 07 Juli 2014 / 05:59 WIB
Laju bisnis emiten semen melambat di tahun ini
ILUSTRASI. Dapatkan gadget incaran dengan promo Kredivo bebas ciicilan 1 bulan


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Laju industri semen nasional pada tahun ini akan bergantung pada sedikitnya dua sektor, yakni properti dan konstruksi. Tahun ini, bisnis properti domestik cenderung melambat. Di sisi lain, pemerintah memangkas anggaran belanja sektor konstruksi. Dua hal inilah yang menjadi tantangan industri semen di Tanah Air.

Selain dua faktor tadi, para emiten semen Indonesia bakal menghadapi tantangan lain, yakni momentum bulan puasa. Analis Reliance Securities, Robertus Hardi memperkirakan, penjualan semen akan turun di bulan puasa. “Apalagi ada banyak libur bertepatan Idul Fitri,” ujar dia. Hajatan pemilihan presiden juga turut menekan penjualan semen.

Soal pemangkasan anggaran sektor konstruksi, Robertus justru menilai, hal itu tidak banyak mempengaruhi industri semen nasional. Maklum, anggaran belanja sektor konstruksi selama ini tak terserap penuh. Dus, Robertus meyakini pemangkasan anggaran itu tidak menghambat pertumbuhan sektor konstruksi.

Maula Adini Putri, analis AAA Securities, menyatakan, pelambatan sektor properti menjadi tantangan paling berat bagi industri semen. Apalagi, sektor semen tengah menghadapi tekanan dari kenaikan tarif dasar listrik. Demi mengurangi tekanan kenaikan tarif listrik, emiten semen biasanya meningkatkan efisiensi atau menaikkan harga jual produknya.

Dalam riset per 11 Juni 2014, analis JP Morgan, Lydia J Toisuta mempertahankan pandangan positif pada sektor semen Indonesia. Penjualan semen pada Mei 2014 meningkat dengan pertumbuhan 7,7% year-on-year (yoy).

Pertumbuhan tersebut dipimpin oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang mengambil 0,7% pangsa pasar dari produsen semen yang lebih kecil. INTP kini menguasai pangsa pasar 32% atau 2,5% lebih tinggi dari akhir tahun lalu. Lydia memperkirakan penjualan INTP tahun ini tumbuh 6% yoy.

Maula menyebutkan, secara historis penjualan semen pada Mei selalu meningkat. “Ini sebagai kompensasi penjualan bulan sebelumnya yang cenderung menurun,” ujar dia.  Penurunan penjualan di bulan sebelumnya disebabkan hujan dan banjir sehingga pembangunan terhambat.

Menurut Robertus, prospek industri semen tergantung dari hasil pemilihan umum.  Dia menilai sektor semen untuk jangka panjang masih menarik. Adanya transisi kepemimpinan justru bakal meningkatkan pembangunan dan infrastruktur. Alasannya, kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla bertekad mengembangkan infrastruktur.

Maula memperkirakan, sektor semen kembali menguat pada tahun depan. Hal ini karena penetapan hasil pilpres baru diumumkan September mendatang. Perkiraan Maula, pembangunan infrastruktur kembali kencang mulai akhir tahun ini atau tahun depan.

Jika tahun sebelumnya industri semen bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan di atas 20% per tahun, maka pada tahun ini Maula memprediksi pendapatan sektor semen hanya berpotensi tumbuh 15% hingga 20%. Sedangkan laba bersih industri semen diprediksi tumbuh 10%-15%. Maula masih merekomendasikan hold untuk sektor semen.

Lydia memilih INTP sebagai unggulan. Argumennya, volume penjualan INTP telah mengungguli industri untuk pertama kalinya dalam tahun ini. Hal itu terjadi setelah INTP mengoperasikan pabrik baru.

Robertus memprediksi, pendapatan SMGR dan INTP masih bisa tumbuh double digit, yakni antara 10%-15%. Namun untuk PT Holchim Indonesia Tbk (SMCB) dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), Robertus memperkirakan, pendapatan kedua emiten tersebut hanya bisa tumbuh di bawah 10%. Dari sisi laba bersih, INTP dan SMGR diprediksi mencatatkan pertumbuhan di atas 7%, sedangkan SMCB dan SMBR tumbuh antara 5%-7%. Robertus merekomendasikan buy SMGR dan INTP, serta hold untuk SMCB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×