Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun lalu, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 22,3% menjadi Rp 2,39 triliun. Meski demikian, pendapatan emiten pelat merah ini mengalami kenaikan.
Sepanjang 2019, SMGR membukukan pendapatan Rp 40.36 triliun atau naik 31,55% dari pendapatan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 30.68 triliun.
Baca Juga: IHSG turun 29,25% sejak awal tahun, investor lebih senang memegang uang tunai
Analis Danareksa Sekuritas Maria Renata menilai capaian SMGR tahun lalu di atas ekspektasi yang dipasang Danareksa Sekuritas. Meski demikian, turunnya laba bersih hingga 22,3% dinilai akibat membengkaknya beban bunga yang lebih tinggi.
Melansir laporan keuangan, tahun lalu Beban keuangan SMGR melesat 234,2% menjadi Rp 3,20 triliun. “Beban bunga melonjak menjadi Rp 3.2 triliun karena meningkatnya utang untuk akuisisi Solusi Bangun Indonesia,” terang Maria dalam riset, hari ini (17/3)
Sementara pendapatan bersih yang mencapai Rp40,4triliun atau naik 31,5% didukung oleh kenaikan harga jual dan volume penjualan semen karena konsolidasi dengan Solusi Bangun Indonesia (SMCB).
Melansir laporan penjualan SMGR, sepanjang 2019 emiten konstituen Indeks Kompas100 ini menjual 42,61 juta ton semen. Penjualan ini meliputi penjualan Semen Indonesia (30,48 juta ton) Thang Long Cement Joint Stock Company/TLCC (2,21 juta ton), dan SMCB (10,85 juta ton)
Baca Juga: Saham sektor bahan pokok dinilai paling kuat menghadapi tekanan pasar
SMGR juga berhasil mengukuhkan posisi sebagai jawara market share (pangsa pasar) semen nasional. Melansir data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pangsa pasar SMGR dan SMCB sepanjang 2019 mencapai 53.4%.
Maria merekomendasikan beli (buy) saham SMGR dengan target harga Rp 17,500 per saham.
Industri semen berpotensi tumbuh
Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan menilai, penurunan suku bunga bulan lalu akan memiliki dampak positif bagi penjualan semen domestik. Namun, efek ini baru akan terasa pada kuartal II-2020 dengan seiring peningkatan daya beli properti dan mulai berjalannya proyek properti.
“Sebenarnya relaksasi loan-to-value (LTV) yang sudah dimulai pada Desember 2019 juga merupakan regulasi yang memiliki dampak kuat ke penjualan semen namun saya memastikan kenaikan signifikan baru akan terasa pada kuartal II-2020,” ujar Meilki kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: FASW dan WOMF akan tebar dividen, begini rekomendasi analis
Prediksi dia, jika industri properti sudah mulai menunjukkan data peningkatan penjualan, maka penjualan semen nasional berpotensi tumbuh sekitar 5%.
Namun, estimasi pertumbuhan itu belum menyertakan unsystematic risk dan masih cukup dinamis untuk ke depan. Di tambah saat ini terdapat sentimen penyebaran virus corona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News