kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba tinggi tak selalu layak koleksi


Senin, 23 April 2018 / 08:15 WIB
Laba tinggi tak selalu layak koleksi
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir semua emiten, terutama anggota indeks LQ45, saat ini telah menyampaikan kinerja keuangan 2017. Dari segi imbal hasil kepada pemegang saham atau return on equity (ROE), Unilever Indonesia (UNVR) masih jadi jagoan, menyalip ROE Matahari Department Store (LPPF). Wajar, UNVR selalu memberikan dividen dengan pay out ratio hampir 100%.

Tapi dari segi profitabilitas, Bumi Serpong Damai (BSDE) jadi juara. Bisnis properti yang dijalani perusahaan ini memberikan margin laba kotor dan bersih tertinggi. Selain itu, membaiknya harga batubara juga membuat profit Bukit Asam (PTBA) dan Indika Energy (INDY) membaik (baca Harian KONTAN, Senin, 23 April 2018).

Tantangan regional

Cuma, kinerja emiten yang apik ini ternyata kurang kuat mendorong naik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sentimen eksternal justru lebih kuat. Taye Shim, Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyebut, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi isu paling hot tahun ini.

Apalagi, valuasi IHSG saat ini sudah cukup tinggi. Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali menuturkan, rata-rata price earning ratio (PER) indeks Asia, terutama Asia Tenggara, saat ini berada di level 20 kali. Sedang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sekitar 17 kali. Jadi, selisihnya tidak jauh dengan rata-rata PER Asia Tenggara.

Hal ini memunculkan risiko tersendiri. Investor besar seperti perusahaan manajemen aset akan cenderung mengalihkan portofolio saat terjadi gejolak ekonomi global. Karena selisihnya tidak besar, tak menutup kemungkinan mereka mengalihkan portofolio ke aset yang valuasinya jauh lebih murah. "Peralihan itu membuat indeks saham akan terkena imbasnya," kata Frederik, Jumat (20/4).

Taye berujar, perlu ada strategi guna menyikapi gejolak yang nantinya bisa mempengaruhi pergerakan IHSG ke depan, di tengah fluktuasi perekonomian global. "Gunakan pendekatan investasi bottom up dan fokus pada sektor yang kapitalisasi pasarnya tidak terlalu besar," jelas Taye.

Taye membocorkan, salah satu saham yang masuk kriteria tersebut adalah saham Aneka Tambang (ANTM). Mirae merekomendasikan buy ANTM dengan target harga Rp 1.225 per saham. Kemarin, saham ANTM turun 30 poin menjadi Rp 905 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×