Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten membukukan keuntungan selisih kurs mata uang asing sepanjang Januari hingga September 2020. Laba selisih kurs ini menyebabkan bottom line emiten-emiten tersebut bisa terkerek walaupun pendapatannya tertekan.
Beberapa emiten itu seperti PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Menurut catatan Kontan.co.id, emiten lain seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga merasakan keuntungan selisih kurs, walaupun dari sisi top line kedua emiten itu mencatatkan pertumbuhan. Adapun keuntungan selisih kurs itu semakin memperkuat bottom line-nya.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama mengamati, keuntungan selisih kurs mata uang asing itu umumnya dialami oleh emiten-emiten yang memiliki orientasi ekspor. Sebab, emiten tersebut dapat memaksimalkan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sepanjang Januari hingga September 2020.
Asal tahu saja, mengutip data dari RTI Business harga dolar AS terhadap cenderung menguat sejak awal tahun, mencapai 1,83%. Adapun dolar AS sempat menyentuh harga tertingginya di level Rp 16.640 sepanjang tahun 2020. Pada penutupan perdagangan kemarin, satu dolar AS berada di harga Rp 14.155 di pasar spot.
Baca Juga: BI minta perbankan turunkan bunga kredit, begini kata bankir
Adapun rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar AS sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2020 itu tidak terlepas dari ketidakpastian atas pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia maupun dunia. Adapun pandemi Covid-19 ini jugalah yang menekan penjualan atau top line beberapa emiten.
"Penjualnnya saya yakin mengalami penurunan karena faktor permintaannya juga berkurang. Walau demikian, resistensi membuat kinerja laba bersihnya cukup bagus, " jelas Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (19/11).
Selain keuntungan selisih kurs mata uang asing, Nafan tidak menampik emiten-emiten melakukan efisiensi selama pandemi Covid-19. Oleh karena itu, mitigasi risiko pandemi Covid-19 menjadi faktor lain yang bisa mengerek bottom line.
Kendati dolar AS tercatat menguat sejak awal tahun, yang terjadi beberapa waktu terakhir justru sebaliknya. Pelemahan dolar AS terhadap rupiah sudah terjadi sejak enam bulan lalu, mencapai 3,60%. Pelemahan yang signifikan juga terjadi selama tiga bulan terakhir hingga 4,51%.
Baca Juga: Kurs rupiah diprediksi kembali melemah pada Jumat (20/11)