kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Laba Melandai pada Kuartal I, Begini Strategi & Prospek Emiten Bahan Bangunan di 2023


Selasa, 16 Mei 2023 / 16:34 WIB
Laba Melandai pada Kuartal I, Begini Strategi & Prospek Emiten Bahan Bangunan di 2023
ILUSTRASI. Mayoritas emiten yang bergelut di bisnis bahan bangunan mengalami penurunan laba pada kuartal pertama 2023.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten yang bergelut di bisnis bahan bangunan mengalami penurunan laba pada kuartal pertama 2023. Sejumlah emiten mengatur strategi agar bisa memperbaiki kinerja di sisa tahun ini. 

Secara top line, perusahaan produk & perlengkapan bangunan mencetak hasil yang bervariasi. Hanya saja, performa bottom line kompak melandai. Seperti dialami oleh PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO).

Perusahaan sanitary, fitting dan kitchen system ini mencetak laba periode berjalan sebesar Rp 75,6 miliar. Laba TOTO merosot 16,9% dibandingkan laba pada tiga bulan pertama tahun lalu senilai Rp 91 miliar.

Produsen keramik PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) punya nasib serupa, dengan penurunan laba bersih 14,82% secara tahunan (YoY). ARNA meraih laba bersih Rp 145,3 miliar pada kuartal I-2023.

Baca Juga: Harga Saham GOTO Menguat, BRIS Anjlok di Perdagangan Bursa Selasa (16/5)

Laba PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) juga menyusut. Emiten yang bergerak di bidang industri kaca membukukan laba bersih senilai Rp 139 miliar, ambles 45,46% secara tahunan.

Bisnis di segmen distribusi dan ritel juga belum moncer. Terlihat dari performa bottom line PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) dan PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO).

CSAP meraih laba bersih Rp 64,62 miliar, turun 18,54% (YoY). Sedangkan laba bersih DEPO menyusut 5,83% (YoY) menjadi Rp 23,57 miliar hingga periode Maret 2023.

Kendati terjadi penurunan laba, tapi CSAP dan DEPO masih mampu mendongkrak pendapatan pada kuartal I-2023. Total penjualan CSAP naik 3,57% (YoY) menjadi Rp 4,06 triliun, sementara penjualan bersih DEPO meningkat 4,16% (YoY) menjadi Rp 681,11 miliar.

Baca Juga: Emiten Grup Saratoga-Boy Thohir Kompak Gelar Buyback, Ada ADRO, MDKA, SRTG, PALM

Corporate Secretary CSAP, Idrus Widjajakusuma optimistis bisa memperbaiki kinerja untuk mencapai target pada sisa tahun ini. Bisnis CSAP akan ditopang oleh pengembang properti yang masih gencar meluncurkan proyek-proyek baru.

Sehingga bisa mendorong pertumbuhan segmen ritel dari emiten pemilik jaringan Mitra10 ini. "Yakin properti masih akan tumbuh, meski suku bunga naik. Demand atas rumah cukup tinggi, karena backlog di Indonesia itu masih tinggi," kata Idrus saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (16/5).

Sejalan dengan itu, CSAP akan terus menggelar strategi ekspansi Mitra10. Pada semester kedua, CSAP menargetkan untuk membuka lima gerai baru. "Ekspansi harus tetap jalan, untuk memperluas pangsa pasar," imbuh Idrus.

Oleh sebab itu, CSAP masih percaya diri bisa mencapai pertumbuhan pendapatan minimal 8,4% pada akhir tahun 2023. Dengan estimasi tersebut, CSAP membidik pertumbuhan laba bersih sebanyak 15%.

Baca Juga: IHSG Turun 0,52% ke 6.676 Pada Selasa (16/5), BRIS, SCMA, EMTK Top Losers LQ45

Tak kalah gesit, DEPO juga mengambil langkah ekspansif. Sekretaris Perusahaan DEPO Erwan Irawan menyampaikan pada tahun ini pihaknya membidik pertumbuhan penjualan sekitar 15% dan laba sebanyak 10%. DEPO menyiapkan tiga strategi untuk mencapai target tersebut.

Pertama, melanjutkan pengembangan toko baru. Kedua, mengembangkan online channel yang akan diluncurkan dalam waktu dekat. Ketiga, meningkatkan program promosi atau expo yang bekerja sama dengan pemasok.

"Pengembangan jaringan toko maupun channel online diharapkan memperluas jangkauan pasar dan segmen pelanggan, yang saat ini masih didominasi pelanggan individual," terang Erwan.

Sementara itu, Chief Financial Officer ARNA Rudy Sujanto mengungkapkan, kinerja kuartal I-2023 tercatat menurun lantaran kuartal I-2022 yang menjadi perbandingan, merupakan triwulan terbaik sepanjang 2022. Kuartal I-2022 memberikan kontribusi hampir 30% dari net sales ARNA pada 2022.

Baca Juga: BRI Danareksa Sekuritas Rekomendasikan Beli Saham EXCL, Begini Penjelasannya

Sedangkan jika dibandingkan dari kuartal sebelumnya, net sales ARNA pada kuartal I-2023 mengalami kenaikan 13% dibandingkan kuartal IV-2022 dan meningkat 2,3% dibandingkan kuartal III-2022.

"Ini menunjukkan permintaan pasar untuk kuartal I-2023 sudah lebih bergairah dibanding semester kedua 2022, walaupun masih turun 11,3% bandingkan kuartal I-2022," terang Rudy.

Target penjualan ARNA setelah libur Lebaran akan lebih optimistis, lebih baik dari performa pada kuartal I-2023. Lantaran volume penjualan dan harga jual rata-rata akan terdorong oleh pabrik terbaru ARNA di Mojokerto yang sudah mulai produksi pada awal April.

Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah ke 6.674,5 pada Sesi Pertama, Sektor Barang Baku Anjlok

Rekomendasi Saham

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Johan Trihantoro memandang outlook kinerja emiten bahan bangunan dan home improvement masih punya peluang untuk tumbuh. Secara pasar, Johan memprediksi kebutuhan terhadap material bangunan dan turunannya akan terjaga.

"Di sisi lain ada peran emiten dalam menjaga utilitas produksi dan distribusi yang kuat dan luas serta inovasi. Ini akan menjadi nilai tambah sehingga memberikan peluang bertumbuhnya penjualan emiten," sebut Johan.

Hanya saja, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian punya catatan untuk saham-saham emiten bahan bangunan. Fajar melihat tren pergerakan harga sahamnya sedang melandai, sejalan dengan penurunan kinerja pada kuartal I-2023.

"Jadi investor sebaiknya wait and see sambil mencermati fundamental emiten, serta sentimen terkait sektor properti secara berkala," ujar Fajar.

Baca Juga: Dilanda Profit Taking, Big Caps Jadi Penggerus

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya punya pandangan serupa. Cheril menyarankan pelaku pasar untuk cermat, lantaran mayoritas saham-saham emiten bahan bangunan kurang likuid dan konsolidasi melemah

Dari sisi kinerja, indeks keyakinan konsumen dan penjualan ritel domestik memang masih tergolong baik, sehingga bisa menjadi katalis untuk daya beli. Tapi, perlu diwaspadai juga dampak dari potensi krisis global yang bisa menghambat konsumsi produk dan jasa.

Cheril menilai, pelaku pasar masih bisa mempertimbangkan hold saham ARNA dengan target harga di Rp 925. Sedangkan Johan menyodorkan ARNA dan MLIA sebagai pertimbangan investasi untuk jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×