Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penurunan harga jual batubara nampaknya cukup berpengaruh buruk terhadap kinerja keuangan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Sepanjang Januari - Maret 2015, laba bersih anak usaha Sinar Mas Group ini anjlok hingga 452%.
Pada Kuartal-I 2015, DSSA menderita rugi bersih sebesar US$ 5,2 juta, atau jauh melorot ketimbang tahun lalu pada periode yang sama dengan laba bersih mencapai US$ 1,5 juta.
Lanny, Direktur Keuangan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) mengatakan, sepanjang kuartal pertama ini penjualan perusahaannya baik dari volume produk batubara maupun pupuk mengalami penurunan hingga 20%. Alhasil, pendapatan perusahaan hanya mencapai US$ 114,6 juta, turun ketimbang Kuartal-I 2014 lalu sebesar US$ 160,9 juta.
"Pendapatan perusahaan pada kuartal pertama ini turun sekitar 29% menjadi US$ 114,6 juta, hal ini karena pengaruh penurunan harga jual batubara," kata Lanny dalam publik ekspose DSSA di Jakarta, Rabu (24/6).
Ia menambahkan, penurunan pendapatan juga berdampak pada penuruan laba usaha serta laba bersih perseroan. Laba usaha DSSA pada Kuartal-I 2015 mencapai US$ 6,2 juta, atau turun 37% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 3,8 juta.
"Penurunan laba usaha ini karena adanya kenaikan biaya operasi, biaya umum dan administrasi, juga ditambah dengan adanya proyek batubara dan proyek listrik yang belum komersial. Sehingga, Penurunan laba bersih sejalan dengan penurunan laba usaha," kata Lennny.
Hermawan Tarjono, Direktur PT Dian Swastatika Sentosa mengatakan, meskipun pada tiga bulan pertama tahun ini perusahaannya masih merugi, namun sampai saat ini belum ada perubahan pendapatan maupun laba hingga pada akhir 2015 mendatang.
"Target kami tetap tidak berubah, kami tetap mengharapkan peningkatan pendapatan dan laba sebesar 10% dibandingkan 2014 lalu," kata dia.
Pada tahun lalu, Dian Swastatika memperoleh pendapatan sebesar US$ 599 juta. Sedangkan laba bersih mencapai US$ 8,8 juta. "Target pendapatan kami pada 2015 mencapai US$ 660 juta," kata Hermawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News