Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) pada kuartal II-2023 kemungkinan akan cenderung stagnan hingga berpotensi turun sampai 10%.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, ada sejumlah faktor yang mendasari prediksinya tersebut.
Cheril mempertimbangkan adanya perlambatan penjualan retail di Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Berlanjutnya tren pelemahan komoditas unggulan Indonesia yang dapat membuat daya beli konsumen LPPF menurun.
Apalagi, penjualan LPPF saat musim Lebaran tahun ini diperkirakan hanya tumbuh single digit dan laba bersih kuartal I-2023 malah turun. Meskipun begitu, untuk setahun penuh 2023, Cheril memperkirakan pendapatan LPPF masih dapat naik 10%-15%.
"Prediksi ini mempertimbangkan adanya peluang penurunan suku bunga dalam negeri, terkendalinya kasus Covid-19, dan berlanjutnya pemulihan ekonomi," kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (15/6).
Baca Juga: Kinerja Emiten Ritel Meningkat, Ini Penyebabnya
Namun, penyesuaian upah minimum dan normalisasi biaya sewa bisa agak menekan laba bersih LPPF. Cheril memperkirakan, laba bersih LPPF untuk setahun penuh 2023 bakal stagnan atau turun tipis 5%.
Berdasarkan riset tanggal 22 Mei 2023, Analis UOB Kay Hian Sekuritas Stevanus Juanda mengatakan, LPPF kemungkinan membukukan pertumbuhan penjualan flat hingga single digit pada musim Lebaran 2023. Pasalnya, daya beli masyarakat agak lunak pada tahun ini.
Manajemen LPPF mengindikasikan adanya pemulihan di Jakarta dan Bali, namun terjadi pelemahan di daerah berbasis komoditas seperti Kalimantan. Musim Lebaran merupakan momen yang sangat penting bagi LPPF karena dua pertiga laba tahunannya dihasilkan di musim Lebaran.
Meskipun begitu, Stevanus memprediksi bahwa margin pada kuartal II-2023 dapat tetap bertahan atau setidaknya sedikit menurun. Pasalnya, pada akhir musim Lebaran, LPPF memang melakukan promosi untuk menarik penjualan, tetapi promosinya tidak besar dan tidak mempengaruhi margin.
Baca Juga: Kinerja Emiten Ritel Konvensional Lebih Baik Dibandingkan Emiten Ritel Lifestyle
Stevanus memprediksi, penjualan dan laba bersih setelah pajak alias net profit after tax (NPAT) LPPF untuk setahun penuh 2023 juga hanya akan tumbuh single digit. Hal ini mengasumsikan kemungkinan pertumbuhan penjualan single digit pada musim Lebaran serta penurunan NPAT sebesar 30% yoy pada kuartal I-2023.
"Karena biaya terkendali, pertumbuhan penjualan single digit dapat diterjemahkan menjadi pendapatan operasional single digit dan pertumbuhan NPAT single digit pada tahun 2023," kata Stevanus dalam risetnya.
Dalam prediksi terbarunya, Stevanus memperkirakan, total pendapatan LPPF pada 2023 dapat mencapai Rp 7,40 triliun dengan laba bersih Rp 1,47 triliun. Sebagai pengingat, total pendapatan LPPF tahun 2022 adalah sebesar Rp 6,45 triliun dengan laba bersih Rp 1,38 triliun.
Sentimen positif lainnya berasal dari rencana LPPF untuk membuka 12-15 toko sepanjang tahun 2023. Sebanyak 7 toko sudah dibuka per kuartal I-2023. Langkah LPPF yang turut memasarkan brand Suko, Royal Sporting House, dan menyediakan barang-barang untuk bayi juga mendapat sambutan positif dari konsumen.
Baca Juga: Menilik Prospek Saham Pembagi Dividen di Tahun 2023
Dalam riset tanggal 18 April 2023, Analis Indo Premier Sekuritas Lukito Supriadi dan Andrianto Saputra mencatat, laba bersih LPPF pada kuartal I-2023 merosot 30,2% yoy menjadi Rp 101 miliar. Realisasi ini lebih rendah 6% dari estimasinya.
Hal ini terutama disebabkan oleh biaya keuangan yang 45% lebih tinggi dari perkiraan, terkait dengan liabilitas sewa. Di sisi lain, pendapatan bersih LPPF masih sesuai dengan prediksinya, yakni naik 12,1% yoy menjadi Rp 1,4 triliun.
Karena melihat adanya operational expenditure (opex) dan biaya keuangan terkait sewa yang lebih tinggi, kedua analis ini merevisi ke bawah perkiraan laba bersih LPPF untuk tahun 2023 dan 2024. Untuk tahun 2023, perkiraan laba bersih LPPF diturunkan dari Rp 1,53 triliun menjadi Rp 1,42 triliun, sementara prediksi laba bersih 2024 turun dari Rp 1,69 triliun menjadi Rp 1,58 triliun.
Jasa Utama Capital Sekuritas merekomendasikan hold LPPF dengan target harga Rp 3.750 per saham. Sementara itu, UOB Kay Hian Sekuritas dan Indo Premier Sekuritas merekomendasikan buy LPPF dengan target harga masing-masing Rp 5.000 dan Rp 6.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News