kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba Bank Central Asia (BBCA) diproyeksi turun 25% di kuartal II, Mirae sarankan beli


Jumat, 24 Juli 2020 / 07:00 WIB
Laba Bank Central Asia (BBCA) diproyeksi turun 25% di kuartal II, Mirae sarankan beli


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil kinerja PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) akan lebih lambat di kuartal II tahun ini. Kinerja pada kuartal II tahun ini melambat karena tingginya biaya provisi. 

Lee Young Jun Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam riset 22 Juli 2020 menjelaskan, pada kuartal II tahun ini, laba bersih BBCA akan di Rp 5 triliun atau turun 25,1% secara year on year (yoy). Penghasilan melambat kemungkinan didorong biaya provisi yang tinggi yakni naik 325% secara yoy. 

Baca Juga: Restrukturisasi Kredit Bank BCA, Ini Dampak Ke Kinerja dan Harga Saham BBCA

Sementara pendapatan bunga bersih masih akan naik 10,6% secara yoy dengan total pendapatan operasional meningkat 10,0% secara yoy dan tetap solid. Faktanya, pendapatan BBCA (bank saja) membukukan Rp 1,2tr pada Mei 2020. Angka terendah dalam lima tahun terakhir. Sementara pertumbuhan pendapatan kumulatif dalam lima bulan berubah menjadi negatif -3,5% karena provisi melonjak ke Rp 2,5 triliun pada Mei 2020 dibanding rata-rata Rp 767 miliar di Januari-April pada tahun 2020. 

"Kami percaya provisi besar lainnya pada Juni setelah gelombang rasio kredit macet pada tahun 2020," terang Lee Young Jun seperti dikutip dalam riset 22 Juli 2020. Biaya penyisihan BBCA pada kuartal II tahun ini mencapai puncak tertinggi dan mungkin stabil cenderung turun pada semester II tahun ini. 

Di sisi lain, Lee berharap, pertumbuhan pendapatan akan lebih yang solid karena pertumbuhan kredit korporasi diproyeksikan lebih baik dan tumbuh dua digit. Selain itu, biaya dana BBCA lebih terkendali. 

"Kami pikir BBCA telah mengelola beban administrasi, umum, dan penjualan (SG&A) dengan baik sehingga pertumbuhan biaya negatif dan dapat mendukung bottom line," kata Lee Young Jun dalam riset. 

Baca Juga: Cerita bos BCA, pengajuan KPR saat corona tetap ramai, jumlah per hari fantastis

Sebagai referensi, biaya beban administrasi, umum, dan penjualan (SG&A) BBCA turun 17,1% secara yoy di Mei dan turun 17,3% di April 2020.

Karena PSBB baru saja dilonggarkan dan memasuki masa transisi, Mirae Asset tidak berpikir pertumbuhan kredit akan cukup kuat. "Sementara itu, kami percaya aliran deposito dari bank kecil dan bank-bank yang rentan terhadap bank-bank papan atas terus berlanjut di kuartal II tahun ini," terang Lee. Sehingga BBCA akan mempertahankan rasio CASA tinggi dengan LDR yang lebih rendah. 

"Kami pikir keunggulan ini dapat dimanfaatkan oleh BBCA untuk menurunkan biaya pendanaan atau mempertahankan NIM ke depan," kata Lee Young Jun. Namun, pinjaman yang direstrukturisasi dan pemotongan benchmark akan memperlambat pertumbuhan top-line.

Baca Juga: BCA salurkan kredit ke korporasi dengan imunitas tinggi saat corona, ini maksudnya

Pada tahun 2020, Mirae Asset menyesuaikan pendapatan bunga bersih lebih tinggi karena NIM bisa lebih tangguh daripada yang proyeksi awal. Ini karena keuntungan dalam biaya pendanaan dan dampak negatif dari pinjaman yang direstrukturisasi terhadap suku bunga kredit mulai berkurang. 

"Kami menyesuaikan biaya kredit serta biaya provisi karena manajemen BBCA akan tetap konservatif, dimana pinjaman bermasalah lebih tinggi terdiri dari pinjaman kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) dan pinjaman bermasalah alias non performing loan (NPL) dari yang kita pikirkan," ujar Lee Young Jun. 

Bahkan, Mirae merevisi beban administrasi, umum, dan penjualan (SG&A) akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. "Memperhatikan semuanya
akun, kami merevisi pendapatan kami dari penurunan 15,5% secara yoy menjadi turun 12,0% secara tahunan di 2020," terang Lee Young Jun. 

Kini Mirae merekomendasikan hold saham BBCA menjadi trading buy dengan target lebih tinggimenjadi Rp 34.370 per saham. Target harga tersebut menyiratkan price to book value 4,4 kali. 

Baca Juga: Bos BCA jual saham perusahaan, lalu masuk ke keranjang investasi ini

Kunci risiko terhadap rekomendasi kami pertama adalah adanya penyebaran Covid-19 yang berkepanjangan pada akhir tahun 2021. Dan pinjaman yang direstrukturisasi lebih besar dan tidak adanya stimulus pemerintah pada kuartal IV tahun ini dan awal 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×